Kitab Ini Sebut Bangsa Jawa Sebagai Keturunan Nabi Ibrahim AS, Benarkah? Simak Ulasan Menariknya

31 Januari 2021, 18:18 WIB
Ilustrasi Kota Mekkah Arab Saudi /Pixabay

Lingkar Madiun- Keberagaman budaya menjadikan Indonesia kaya dengan cerita rakyat, legenda ataupun sejarah. Tiap daerah memiliki cerita rakyat atau mitologi yang beragam dengan pesan moral yang diwariskan secara turun-temurun.

Di dalam mitologi Jawa diceritakan bahwa salah sat leluhur bangsa Jawa adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma juga terdapat dalam silsilah Babad Tanah Jawi, di dalam silsilah tersebut bermula dari Nabi Adam AS yang berputra Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa.

Baca Juga: Tunjang Pengembangan Riset dan Penelitian, Indonesia Jalin Kerjasama dengan CIPI Kuba

Baca Juga: BTS Masuk Daftar 10 Band Pop Terbaik Sepanjang Masa Versi Majalah Esquire

Dari Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal kemudian menurunkan Batara Guru yang menurunkan Batara Brahma.

Berdasarkan pemahaman kuno dari naskah-naskah Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.

Di dalam kitab Al-Kamil fi Al-Tarikh tulisan Ibnu Athir menyatakan bahwa Bani Jawa yang didalamnya termasuk bangsa Jawa, Sunda, Melayu, Sumatera, Bugis, dan sebagainya adalah keturunan Nabi Ibrahim AS.

Bani Jawi berasal dari dua suku kata yaitu Bani yang berarti kaum atau kelompok dan Jawi atau Jiwi yang berasal dari dua suku kata yakni Ji artinya satu Wi artinya Widi atau Tuhan, maka makna dari Bani Jawi adalah kaum yang meyakini adanya satu Tuhan.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim semakin nyata, ketika baru-baru ini penelitian dari seorang profesor dari universitas kebangsaan Malaysia diperoleh data bahwa di dalam DNA Melayu terdapat 27 % variant mediterranaen yang merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Sematik.

Variant mediterranaen sendiri terdapat juga di DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israel.

Sekilas dari beberapa pernyataan tersebut, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar, akan tetapi setelah melalui penelusuran yang mendalam diperoleh fakta bahwa Brahma yang terdapat dalam mitologi Jawa identik dengan Nabi Ibrahim.

Mitos atau legenda terkadang merupakan peristiwa sejarah, akan tetapi peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya dilebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagi leluhur di nusantara boleh jadi merupakan peristiwa sejarah yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah. Di mana beliau kemudian beristri Siti Qanturah atau Kenturah yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi.

Kelak kita pahami bersama bahwa Nabi Ibrahim AS berasal dari bangsa Iberia. Kata Iberia berasal dari huruf hijaiyah A’in, Ba’, Ro’ atau Abara yang berarti menyeberang.

Nama Ibrahim senduri berasal dari huruf Alif, Ba’, Ro’, Ha’, Ya’ dan Mim merupakan asal dari kata Brahma yang tersusun dari huruf hijaiyah, Ba’,Ro’, Ha’, dan Mim.

Berikut beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat dalam mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim. Kisah Nabi Ibrahim AS pernah dibakar oleh raja Namrud, namun api tersebut tidak membakarnya.

Sementara dalam mitologi Jawa Batara Brahma disebut juga Sang Hyang Brahma, Brahma berati api. Nabi Ibrahim memiliki istri bernama Sara, sementara Brahma juga memiliki pasangan bernama Saraswati.

Dikisahkan pula bahwa Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang Atharva.

Selain itu, dalam mitologi Jawa Brahma adalah perlambang monoteisme yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sementara Nab Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan keesaan Allah SWT.

Ajaran monoteisme di dalam kitab Weda pada mulanya berasal dari Brahma, jadi makna awal dari Brahma bukanlah pencipta melainkan pembawa ajaran dari Yang Maha Pencipta.

Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah di Mekkah, sementara Brahma membangun rumah Tuhan agar Tuhan diingat disana. Bahkan secara rinci, kitab Weda menceritakan mengenai bangunan tersebut.

“Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu” (Atharva Veda 10:2:31)

Kitab Weda sebenarnya memberikan sebenarnya tentang ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim, makna delapan putaran adalah delapan garis alam yang mengelilingi wilayah Mekkah, diantara perbukitan yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes, dan Jabl Umar.

Sementara, sembilan pintu bermakna Bab Ibrahim, Bab al-Vida, Bab al- Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al-Nabi, Bab al-Salam, Bab al-Ziarat, dan Bab al-Haram.

Peninggalan Nabi Ibrahim sebagai jejak pembawa ajaran monoteisme masih dapat terlihat dalam keyakinan suku Jawa yang merupakan suku tersebar dari Bani Jawi. Suku Jawa sudah sejak dahulu menganut monoteisme seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widi.

Selain suku Jawa pemahaman monoteisme terdapat di dalam masyarakat Sunda kuno, hal tersebut bisa dijumpai pada keyakinan dari Sunda wiwitan, mereka meyakini adanya Allah Yang Maha Kuasa yang dilambangkan dengan ucapan bahasa Nu Ngersakeun atau Sang Hyang Keresa.

Dengan demikian adalah sangat wajar jika kemudian masyarakat Bani Jawi khususnya masyarakat Jawa menerima Islam sebagai keyakinannya, karena pada hakekatnya Islam adalah penyempurna dari ajaran monoteisme atau tauhid yang dibawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim AS.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: YouTube Pena Media

Tags

Terkini

Terpopuler