LINGKAR MADIUN- Seorang pria indigo asal Jawa Timur bernama Tigor Otadan mengungkap ramalannya tentang empat sosok Satrio Piningit yang bakal muncul di tengah pandemi Covid-19.
Hal tersebut sebagaimana ia sampaikan pada unggahan di kanal Youtube Program Istimewa berjudul ‘Tigor Otadan Ramal Tentang Satrio Piningit dan Bencana di Akhir Tahun’ pada 25 Juli 2021.
“Nanti bakal ada terutama disaat pandemi seperti ini,” ungkap Tigor.
Tigor Otadan menegaskan bahwa ia melihat adanya 4 sosok Satrio Piningit yang akan peduli dan tulus membantu kaum marginal dan orang-orang yang terlantar di masa pandemi Covid-19.
“Saya melihat ada beberapa, ada empat nanti orang yang bener-bener tulus membantu untuk keseluruhan, ada orang yang sangat peduli dengan kaum-kaum marginal, dengan sahabat, saudara-saudara kita yang mungkin terlantar dan sebagainya, mereka sangat peduli sekali,” ungkapnya.
Baca Juga: Abhigya Anand Meramal Akan Ada Epidemi Berikutnya, Banyak Negara Akan Terdampak Covid-19?
Tak hanya itu, Tigor juga mengungkapkan bahwa keempat sosok Satrio Piningit yang ia ramalkan berasal dari Bali, Kalimantan, Jawa Tengah , serta Jawa Barat.
“Kalau saya melihat, ada yang dari Bali, dari Kalimantan, Jawa Tengah, sama Jawa Barat,” ungkap Tigor.
Baca Juga: Covid-19 Masih Mengancam, Begini Tips untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen
Pria indigo tersebut mengungkapkan bahwa kehadiran dari sosok Satrio Piningit tersebut dengan membawa misi salah satunya untuk membantu raja yang dalam hal ini merujuk pada presiden. Ia menyebut bahwa sosok Satrio Piningit tersebut akan membantu presiden yang ditinggalkan oleh pengkhianatnya.
Tigor juga menjelaskan bahwa Satrio Piningit yang ia ramalkan merupakan seorang kesatria yang masih disembunyikan yang kehadirannya akan menjadi penyelamat, membawa keadilan, serta kesejahteraan bagi masyarakat.
Baca Juga: Gagal Jadi Juara Grup C, Praveen/Melati Ditaklukkan oleh Wakil Jepang di Olimpiade Tokyo 2020
Ramalan mengenai datangnya Satrio Piningit sendiri berasal dari Prabu Jayabaya, Raja Kediri (1135-1157) yang kemudian diteruskan oleh pujangga Kraton Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1973).***