LINGKAR MADIUN-Indigo atau kemampuan supranatural seseorang memang menjadi perbincangan yang menarik akhir-akhir ini, banyak orang yang mulai mencari penjelasan ilmiah terkait indigo ini.
Indigo yang dapat dikatakan nyata-nyata ada sebagai manusia yang dikatakan bisa melihat mahluk halus dsb, ternyata tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Apa yang sebenarnya terjadi hingga keilmuan ilmiah modern tidak dapat menerima penjelasan tentang keadaan seseorang yang indigo.
Hal ini terjadi memang karena dua hal itu berangkat dari dua pondasi ilmu yang berbeda.
Sebagaimana yang diketahui oleh kita semua, ilmu pengetahuan modern lebih mengedepankan pada aspek empirisme.
Aspek empirisme atau aspek wujud nyata suatu benda itulah yang menjadi titik tolak pengukuran suatu penjelasan akan keilmuan.
Jadi, harus ada benda yang bisa dirasakan, dapat diukur, dan dapat dilihat oleh orang lain, agar ilmu pengetahuan yang berkembang semakin realibel.
Realibel atau kekonkretan data sendiri terjadi karena banyak orang yang menyetujuinya.
Persetujuan akan sebuah teori ini berasal dari kesamaan pandangan dalam memandang suatu benda tadi.
Baca Juga: Hadang Kanta Tsuneyama, Anthony Ginting Melaju Ke Semifinal Olimpiade Tokyo 2020
Oleh karenanya, ilmu pengetahuan modern lebih menekankan pada konsepsi yang berwujud dan diakui oleh banyak orang.
Semisal penelitian sebuah virus, hampir seluruh peneliti di dunia sepakat kalau memang ada virus yang berwujud, nampak dan bisa dilihat, meski harus dengan mikroskop.
Jadi, dengan kesetujuan adanya virus dari berbagai macam peneliti tadi, maka keberadaan virus bisa menjadi suatu hal yang konkret dan dapat diterima sebagai sebuah keilmuan modern.
Sedangkan indigo atau kemampuan supranatural, memang mempunyai pola pengukuran yang berbeda dari ilmu pengetahuan modern.
Pola pengukuran indigo memiliki kekhasan masing-masing pada setiap orangnya, terkadang hal inilah yang membuat pendapat para indigo sendiri berbeda-beda.
Mayoritas orang yang ada di dunia-pun juga rata-rata tidak memiliki kemampuan supranatural seperti itu.
Baca Juga: Ramal Soal Nasib Indonesia, Indigo Yakin Pasca Covid-19 Bakal Raih Kejayaan di Tahun 2024- 2030
Jadi, kondisi inilah yang membuat upaya penjelasan ilmiah tentang indigo akan ditolak, karena tidak ada persetujuan pendapat dari orang lain.
Apalagi dalam ilmu pengetahuan modern, mulai dijelaskan bahwa kondisi indigo dalam ilmu psikologi dan antropologi.
Namun begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa penjelasannya memang tidak menjelaskan kondisi supranatural tersebut, tapi pada subjek indigo yang diteliti.
Karena memang dua pondasi akar yang berbeda itulah mengapa indigo tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.
Ilmu pengetahuan modern juga tidak menerima konsep prediksi sebagai ilmu pengetahuan modern yang bisa dipertanggungjawabkan.
Andaikatapun, prediksi itu didasarkan pada ilmu pengetahuan modern.
Hal ini terjadi karena ilmu pengetahuan modern tidak menerima hal yang bersifat subjektivitas, sedangkan prediksi selalu subjektif dari prediktornya.
Begitulah penjelasan mengapa ilmu pengetahuan modern tidak bisa menjelaskan indigo, karena memang dua hal itu berangkat dari dua pondasi yang berbeda.***