Sukses Besar, Drama Korea Squid Game Malah Diboikot di Negara Asalnya, Kenapa?

3 November 2021, 15:30 WIB
Tertarik untuk memainkan Lampu Merah Lampu Hijau dari Squid Game? /Tangkap Layar/Netflix

LINGKAR MADIUN – Drama Squid Game adalah salah satu drama Korea Selatan (drakor) yang sangat sukses sekarang.

Tapi di Korea Selatan sendiri, drama itu malah memiliki polemik hingga diboikot. Lee Ye Eun contohnya, wanita muda yang mengaku jijik dengan penggambaran wanita di drama itu.

Baca Juga: Kisah Nyata di Balik Film Squid Game, Masyarakat Korea Selatan Ternyata Mempunyai Banyak Hutang Pribadi

Lee Yee Eun menganggap drama itu mengandung muatan misoginis dan menolak untuk menonton sisanya.

Jane Park, 24, senada dengan Yee Eun juga memutuskan untuk menghindari sensasi TV sebagai protes.

Biasanya, dia suka menonton Netflix, selalu menantikan rilis terbaru, tetapi Squid Game adalah salah satu pertunjukan yang dia katakan tidak dapat dia dukung setelah membaca ulasan kritis yang menuduhnya sebagai misogini.

Baca Juga: Inilah Beberapa Hal yang Menyebabkan Masyarakat Menjadi Sangat Antusias dengan Squid Game

Demikian juga, meskipun Seul Kim, 27, telah berencana untuk menonton serial tersebut, dia berubah pikiran begitu dia mulai mendengar komentar dari teman-temannya dan melihat komentar online yang menyebutnya misoginis.

LINGKAR MADIUN meliput Al Jazeera, Squid Game menceritakan permainan ynag diikuti pemain yang dililit hutang. Mereka  bersaing dalam versi mematikan dari game tradisional anak-anak Korea Selatan untuk mendapatkan hadiah uang tunai.

Baca Juga: Bermodalkan Kesederhanaan, Sutradara 'Squid Game' Tidak Pernah Menduga Filmnya Akan Memuncaki Hit di Netflix

Meskipun drama ini sukses di kancah global, beberapa tokoh feminis di Korea Selatan menentang drama ini dengan cara memboikotnya.

Para pemboikot seperti Lee, Park, dan Kim percaya bahwa acara tersebut menyajikan citra yang menyimpang dari perempuan, secara tidak bertanggung jawab menggambarkan mereka sebagai objek kekerasan, hiperseksualisasi, dan pengorbanan.

Baca Juga: Wakil CEO Netflix Menyatakan Bahwa Squid Game Bisa Menjadi Film Terbaik Sepanjang Masa

Lee, seorang mahasiswa berusia 25 tahun yang tinggal di luar ibu kota Korea Selatan, Seoul, adalah bagian dari kelompok feminis Haeil.

Seperti Lee, beberapa anggota Haeil lainnya telah bergabung dengan boikot Squid Game dengan harapan akan mengirimkan pesan kepada penulis dan sutradara Dong-hyuk Hwang bahwa wanita pantas mendapatkan yang lebih baik.

Di Korea Selatan, di mana ketidaksetaraan gender terjadi secara sistematis, perempuan harus menghadapi diskriminasi yang mengakar di tempat kerja, peran gender yang kaku di rumah, dan ancaman kekerasan seksual yang meluas mulai dari serangan fisik hingga kejahatan digital.

Baca Juga: Bercerita Tentang Penipuan Telepon, Film Korea Selatan 'On the Line' Sukses Raih Banyak Prestasi

Bagi perempuan yang membela hak-hak mereka, seringkali ada ketakutan menjadi sasaran permusuhan, stigmatisasi, gaslighting, atau tuduhan diskriminasi terbalik oleh laki-laki yang memandang diri mereka sebagai korban feminisme.

Yang disoroti dari drama Squid Game adalah adalah cara Mi-nyeo, atau Player 212 yang digambarkan licik yang menggunakan seksualitasnya sebagai keuntungan pribadi.

Berbeda dengan Mi-nyeo, protagonis utama Gi-hun, Pemain 456, diberikan perhatian naratif tanpa batas, sebagai ayah, anak, dan suami yang memancing simpati.

Baca Juga: Daftar Drama Korea 'Drakor' Terbaik yang Wajib Kamu Tonton, Ada Penthouse Hingga Dr. Romantic

Jelas, menurut Han, bahwa Squid Game “mengistimewakan karakter Gi-hun” sementara menurunkan wanita untuk “memainkan peran kecil dan pendukung untuk memenuhi nafsu pria”.

Hal ini membuat Shim khawatir bahwa penggambaran identitas perempuan yang datar akan melanggengkan stereotip berbahaya yang membenarkan dan menormalkan pengorbanan perempuan.

Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Rain Dipastikan Segera Bintangi Drama Korea ‘Ghost Doctor’ yang Menyuguhkan Banyak Misteri

“Squid Game menunjukkan sisi memalukan dari masyarakat Korea,” kata Hyunjun Min, seorang profesor tamu dalam studi film di Universitas Yonsei di Seoul. "Tapi rasa bangga jauh lebih besar daripada rasa malu." Dan semakin banyak minat penonton internasional terhadap Squid Game, katanya, semakin banyak kebanggaan yang dirasakan warga Korea Selatan.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler