LINGKAR MADUIN - Bait-bait Ramalan Jayabaya, khususnya yang ditulis ulang oleh Ranggawarsita, sarat dengan pertanda datangnya situasi chaos (kekacauan multidimensi) yang sudah kita rasakan dewasa ini.
Dalam ramalan Jayabaya dituliskan mengenai istilah wolak-waliking jaman yang akan segera bersambung pada zaman pembalasan. Selot-selote besuk wolak-waliking djaman teka artinya akhirnya nanti datang zamannya yang terbalik.
Diungkapkan bahwa wong nyolong dadi kecolong (pencuri malah kecurian). Juga para koruptor akan kehilangan harta hasil dari korupsinya. Orang akan memetik dari benih yang dia tanam.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Singkatnya, sapa sing biyen nemu suka saiki nemu duka, sapa sing biyen nemahi duka, saiki nemu suka (siapa yang dahulu bersuka-ria, kini berduka-cita, siapa yang dahulu berduka, kini bersuka ria)
Lantas, apa makna dari wolak-waliking jaman dan kaitannya dengan tahun 2021?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya jika kita simak bait sebagai berikut: Nyosoh beras pari wulu, nginteri buwang gabahe, bait tersebut bermakna zaman yang edan ini kiranya menjadi semacam mekanisme seleksi alam.Siapa yang tetap teguh memegang keimanan, senantiasa eling lan waspada.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Maka di tahun 2021 ini ada baiknya kita pakai untuk terus memperbaiki diri dengan selalu mengingat Allah SWT sebagai Maha Pencipta dan selalu waspada terhadap segala godaan, dengan begitu semoga kita dapat beruntung menemukan hakikat dari kebaikan dan kebenaran.
Berikut beberapa tanda zaman terbalik menurut ramalan Jayabaya beserta dengan ulasan lengkapnya!
Wong njilih mbalekake
Wong utang mbayar
Artinya: Orang yang meminjam harus mengembalikan, yang berhutang mesti membayar.
Utang djiwa njaur djiwa
Utang wirang njaur wirang
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Artinya: Hutang nyawa membayar nyawa, hutang wirang (rasa malu luar biasa, terhina) membayar wirang. Inilah saatnya orang memetik akibat dari perbuatannya sendiri.
Wong tjurang keplanggrang
Wong djail drekikil
Durjana musna
Penghianat dipangan laknat
Sing dosa rekasa
Sing salah nemoni susah
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Artinya: Orang curang tersingkir dan lari, orang jahil menggigil. Durjana musnah, penghianat dimakan laknat. Mereka yang berdosa pasti dihukum oleh yang Maha Kuasa, orang-orang salah menemui kesalahan.
Akeh wong ditjokot lemut mati ditjokot semut mati
Akeh suara aneh sing ngundang-undang sapa sing dosa
Akeh wong dadi edan
Akeh wong musna lan akeh wong dadi rudin
Amarga kakehan mangan suap
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Artinya: Banyak orang yang digigit nyamuk lantas mati (nyamuk demam berdarah), digigit semut mati. Banyak suara gaib memanggil-manggil siapa yang berdosa. Dan banyak orang menjadi gila, banyak orang menjadi kerdil karena terlalu banyak makan suap.
Tukang tadah pada susah
Wong kendel pada kepetel
Wong nganggur pada kebandjur
Waktu iku njata, dadi untunge sapa sing waspada
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Tahun 2021, Zaman Kalasuroto Menjelang Kiamat Kubro
Baca Juga: Ramalan Jayabaya 2021, Zaman Kalasuroto Maraknya Korupsi dan Ketidakadilan di Tanah Jawa
Artinya: Tukang tadah merasa susah. Orang yang terlalu berani, akhirnya terkena batunya. Orang menganggur di mana-mana. Waktu itulah semakin nyata, menjadi untungnya siapa yang senantiasa waspada.
Nah, itulah sebagian dari bait ramalan Jayabaya yang bisa kita jadikan pelajaran sebagai sarana perbaikan dan senantiasa waspada, sehingga kita dapat mencecap manisnya buah yang kita tanam di wolak-waliking jaman atau zaman pembalasan.***