LINGKAR MADIUN – Kegunaan bakteri dalam kehidupan manusia sangatlah luas. Mulai dari bioteknologi makanan, pertanian, kesehatan, pertambangan, hingga kosmetik.
Dilansir Lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari phys.org, sebuah tim peneliti gabungan dari Martin Luther University Halle-Wittenberg (MLU), Technical University of Munich (TUM), dan University of Adelaide ini berhasil menemukan dan memetakan proses metabolisme pada bakteri tanah bekas pertambangan.
Penelitian ini diterbitkan dalam makalah ilmiah tahun 2018 yang diperbarui bernama Metallomics, yang diterbitkan oleh Royal Society of Chemistry.
Baca Juga: Heboh Trend Ikoy-Ikoyan Oleh Arief Muhammad, Chelsea Olivia: Saya Tidak Mau Mengajarkan Minta-minta
Baca Juga: Inilah Cara Irfan Hakim Agar Dapat Dekat Secara Emosional dengan Binatang
Penelitian ini berfokus pada bakteri berbentuk batang bernama Cupriviadus metallidurans yang banyak hidup di tanah dengan polusi logam berat yang tinggi.
Menurut Prof. Dietrich Nies dari MLU, logam berat tersebut akan terurai dan menghasilkan zat sisa logam beracun dan hidrogen. C. metallidurans yang hidup pada lingkungan seperti itu memanfaatkan logam beracun dan hidrogen untuk ‘makan‘.
Hal ini dibenarkan oleh rekan setimnya, Prof Frank Reith, dari University of Adelaide bahwa C. metallidurans dapat menghasilkan partikel emas dari proses metabolismenya ‘memakan‘ residu logam beracun.
Baca Juga: Indigo Ungkap! Ramalan Jayabaya Menjadi Kenyataan Tidak Hanya di Indonesia, Tetapi Seluruh Dunia
Prof. Dietrich menambahkan bahwa C. metallidurans tidak menciptakan emas dari kekosongan. Racun dari tanah tambang banyak sebenarnya mengadung molekul emas mentah (crude gold) atau emas beracun yang tidak bisa digunakan.
Bakteri ini akan menghasilkan enzim di dalam selnya yang bernama CupA sehingga dapat memproses molekul beracun tersebut menjadi molekul emas yang ramah lingkungan.
Sayangnya, untuk bisa dimanfaatkan untuk skala yang luas, C. metallidurans masih harus diteliti lebih jauh lagi.***