Menurutnya, ibu kota negara harus berada di tempat yang memiliki kondisi tenang bukan di wilayah yang penuh dengan darah.
Selain itu, kondisi tanah Jakarta yang ambles dan bencana banjir yang sulit diatasi turut menjadi pertimbangan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur menurut Mbah Gatot.
Mbah Gatot juga menerawang mengenai berbagai gejolak alam yang terjadi di Indonesia merupakan bentuk dari kekecewaan dan rasa sakit ibu pertiwi terhadap para masyarakat yang tidak mengakui adanya alam dan para leluhurnya.
“Ini membuat sang ibu leluhur ini yang sudah melebur jadi alam, melebur kembali ke alam kecewa amat sangat, sakit...kekecewaan si ibu ini, makanya alam sakit,” pungkas Mbah Gatot.***