Network
LINGKAR MADIUN - Invasi yang diluncurkan Rusia pada Ukraina sejak bulan Februari semakin memanas.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada 19 Mei mengkritik kurangnya dukungan NATO untuk Kyiv dalam konflik dengan Rusia, dengan mengatakan bahwa blok itu tidak melakukan apa-apa untuk Ukraina.
"Sebelum perang, Ukraina menganggap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai kekuatan yang lebih kuat daripada Uni Eropa (UE). Tapi sejak konflik pecah, aliansi militer gagal membantu Ukraina sebagai sebuah organisasi," kata Kuleba.
"Uni Eropa telah membuktikan dirinya sebagai organisasi yang mampu bertindak sebagai front persatuan, siap untuk membuat keputusan yang kuat, penting dan sulit untuk menentang NATO," kata Menteri Luar Negeri Kuleba pada malam 19 Mei.
"Adakah yang bisa menyebutkan setidaknya satu keputusan bulat yang telah diambil NATO selama tiga bulan terakhir untuk memberi manfaat dan membantu Ukraina?," kata Kuleba.
"Memang benar bahwa anggota koalisi, secara individu atau dalam kelompok kecil, benar-benar melakukan hal-hal besar dan penting, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan (untuk Ukraina)," katanya.
Sejak Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina, banyak negara Barat telah memberikan senjata dan bantuan militer ke Kyiv, termasuk negara-negara anggota NATO.
Dalam upaya bantuan terbaru, pada 19 Mei, Presiden Joe Biden menyetujui tambahan $100 juta bantuan militer untuk Ukraina. Ini akan menjadi yang kesepuluh kalinya Presiden Biden menggunakan Otoritas Penarikan Kepresidenan (PDA) untuk membantu Ukraina.
