Baca Juga: Korea Selatan Konfirmasi Kasus dengan Dugaan Ensefalitis Jepang
“Saya adalah orang tua dari seorang siswa di perguruan tinggi ini. Guru baru saja memperlihatkan karikatur dari Charlie Hebdo sebagai bagian dari pelajaran sejarah tentang kebebasan berekspresi. Dia meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas jika mereka mau, karena rasa hormat," ujar salah satu orang tua siswa.
"Dia adalah seorang guru yang hebat. Ia berusaha mendorong semangat kritis para siswanya, namun selalu dengan rasa hormat dan kecerdasan. Malam ini, saya sedih, untuk putri saya, tetapi juga untuk para guru di Prancis. Bisakah mereka terus mengajar tanpa takut dibunuh?," tambahnya.
Walikota D'Éragny-sur-Oise Thibault Humbert berbicara kepada wartawan tentang "kengerian" peristiwa yang terjadi di wilayahnya. Dia menyebut perbuatan itu sebagai tindakan biadab.
Baca Juga: Bawaslu Depok Temukan 15 Pelanggaran Prokes Covid-19 Saat Kampanye Pilkada
Macron, suram dan tampak terharu, berbicara singkat setelah mengunjungi perguruan tinggi tempat profesor yang terbunuh itu bekerja.
“Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena mengajar. Ia mengajari siswanya tentang kebebasan berekspresi, kebebasan untuk percaya atau tidak percaya. Itu adalah serangan pengecut. Dia adalah korban serangan (terduga) teroris,” kata Macron.
“Malam ini saya ingin mengatakan kepada para guru di seluruh Prancis, kami bersama mereka, seluruh bangsa bersama mereka hari ini dan besok. Kita harus melindungi mereka, membela mereka, membiarkan mereka melakukan pekerjaan mereka dan mendidik warga untuk masa depan," imbuhnya.
Baca Juga: Setelah Inkigayo, BLACKPINK Tampil Kembali di Acara Jimmy Kimmel Live
Paris berada dalam siaga tinggi sejak dua jurnalis dari sebuah perusahaan produksi film ditikam di luar bekas kantor surat kabar satir, Charlie Hebdo, tiga pekan lalu.***(Mohammad Syahrial, Portal Jember)