LINGKAR MADIUN - Sejak kematiannya pada 16 Oktober lalu, Nama Samuel Paty menjadi sorotan dunia. Ia mengajar di Kota Conflans-Sainte-Honorine. Paty dibunuh dengan cara dipenggal oleh Abdullah Anzorov, pemuda berusia 18 tahun yang berasal dari keluarga imigran Chechnya.
Media mengabarkan bahwa Paty sempat menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya dan hal itu tidak disukai oleh Anzorov.
Baca Juga: Sinopsis Cabin in the Woods: Terjebak dalam Kabin, Hingga Serangan Zombi
Anzorov diketahui sempat mengunggah foto jenazah Paty ke media sosial twitter miliknya, sebelum akhirnya tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Tindakan Patty mendapat komentar dari Presiden Perancis Emmanuel Macron hingga memancing kemarahan umat muslim dunia. Macron menyatakan bahwa “Islam dalam kondisi krisis”, hal ini diucapkan pada awal Oktober lalu.
Baca Juga: Trending, Inilah Lirik Lagu TWICE - I Can’t Stop Me
Pada upacara pemakaman Paty, Macron menyampaikan “Kami akan membela kebebasan yang Anda (Paty) ajarkan sangat baik dan kami akan terus mempertahankan sekularisme yang tinggi. Kita tidak akan menyerah pada sebuah karikatur, gambar, meskipun yang lain menariknya."
Pernyataan Macron yang menambah amarah publik, ketika ia mengatakan Paty adalah representasi dari wajah partai Republik, yang menurutnya memiliki semangat untuk menghancurkan terorisme serta mengurangi Islamist.
Baca Juga: Trending, Inilah Lirik Lagu TWICE - I Can’t Stop Me