"Makanya, Jatim mulai menggelar pembelajaran tatap muka dan hasil evaluasinya bagus sehingga mulai ditingkatkan lagi," kata Wahid.
Baca Juga: Sekolah Buka Januari 2021, Satgas COVID-19 Himbau Pemda Fasilitasi Screening Kesehatan di Sekolah
Yang dikhawatirkan adalah, menurut Wahid, tumbuh kembang siswa dalam mengikuti pembelajaran akan terganggu bila pembelajaran tatap muka tidak segera dilaksanakan.
Bahkan, sindrom learning lost hingga kemungkinan putus sekolah bisa saja terjadi pada siswa.
Wahid pun menceritakan pengalamannya terkait kekhawatiran orang tua yang anaknya tidak lagi mendapatkan pendidikan formal di sekolah.
"Saya pernah dihubungi orang tua di Madura yang bilang anaknya ke Surabaya. Mereka menanyakan apa SMA/SMK sudah bubar dan banyak siswa yang kemudian dipindahkan ke pesantren oleh orang tua. Psikososial dan kekerasan pada anak juga meningkat sehingga Jatim selalu mengevaluasi uji coba tatap muka," kata Wahid.
Pakar Pendidikan Jatim Prof. Mohammad Nuh juga memaparkan bahwa stakeholder pendidikan perlu melakukan tiga faktor yang diperlukan untuk menunjang persiapan PJJ.
Faktor pertama yaitu literasi digital bagi para pendidik. Faktor kedua adalah ketersediaan infrastruktur digital di semua sekolah agar PJJ berjalan dengan ancar.
Faktor ketiga adalah pemberian subsidi biaya internet untuk para siswa yang harus melakukan PJJ secara daring.
Kemudian, Mohammad Nuh mengatakan bahwa kemungkinan untuk melaksanakan sistem pembelajaran hybrid selalu ada.