Sri Mulyani Sebut Negara yang Pernah Wariskan Ekonomi Rusak dan Hutang Untuk Indonesia

14 Oktober 2020, 14:01 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati /Berita DIY pikiran-rakyat.com

Lingkar Madiun- Kabar membanggakan datang dari Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Republik Indonesia berhasil meraih penghargaan sebagai Finance Minister of the Year for East Asia Pacific 2020 dari Majalah Global Markets.

Sebelumnya Sri Mulyani sempat membongkar asal usul hutang Indonesia dari masa ke masa. Sri Mulyani juga menyebut jika Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi sulit sejak kemerdekaan Indonesia.

"Dari tahun 1945 sampai 1949 Indonesia masih terus berada dalam situasi intimidasi, konfrontasi, bahkan agresi Belanda. Itu kondisi politik, militer, keamanan, dan ekonomi tidak pasti," ujar Sri Mulyani, sebagaimana diberitakan Zona Jakarta dalam artikel 'Diganjar Gelar Menteri Terbaik se-Asia Pasifik, Sri Mulyani Bongkar Asal Usul Hutang Indonesia' pada 13 Oktober 2020.

Baca Juga: Sadis! Jadi Korban Kekerasan Aparat, Relawan Medis Dipukuli Hingga Ditabrak Moror

Sri Mulyani menyebut hutang Indonesia sudah mencapai ribuan triliun dan hutang tersebut merupakan warisan dari Belanda. Belanda telah mewariskan ekonomi yang rusak dan juga hutang.

"Saat mulai pemerintahan ini untuk jadi merdeka. Kita tidak memiliki semua harta kekayaan. Harta kekayaan yang ada rusak karena perang, seluruh dan investasi sebelumnya yang dibukukan oleh Belanda menjadi investasi pemerintah Indonesia," jelasnya.

Waktu itu, katanya, GDP Indonesia masih sangat kecil. Utangnya menjadi utang Indonesia, warisannya juga hanya sekitar Rp15.8 triliun.

Baca Juga: Jangan Lewatkan, Indonesia U-19 vs Makedonia Utara: Meski Menang, Harus Tetap Fokus Di NET TV

Ia juga bercerita jika perekonomian Indonesia juga dibiayai dengan defisit APBN. Pembiayaan tidak melalui penjualan Surat Berhagra Negara (SBN), namun malah meminta Bank Indonesia mencetak uang.

"Yang terjadi kemudian jumlah uang beredar lebih banyak dari suasana kondisi perekonomian, sehingga inflasi meningkat luar biasa besar,” jelasnya.

Pada jaman orde baru, seluruh utang kemudian digunakan untuk belanja pembangunan. Sehingga ketika terjadi krisis keuangan Asia, defisit transaksi berjalan (CAD) meningkat serta terjadi tekanan pada nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Ketegangan China dengan Taiwan Diperkeruh AS, Presiden China Siapkan Marinir Untuk Berperang

“Saat terjadi adjustment nilai tukar rupiah, seluruh neraca perusahaan, perbankan, negara, semua alami tekanan karena dalam waktu sehari, berapa jam nilai tukar rupiah berubah tiba-tiba, volatility meningkat, aset tidak meningkat, perusahaan dengan cashflow rupiah dan utang denominasi asing, neraca akan ambyar,” lanjutnya.

Kemudian, saat era reformasi, dengan dipimpin tiga Presiden, yakni Presiden B.J Habibie (Presiden RI 1998-1999), Abdurrahman Wahid atau Gusdur (Presiden RI 1999-2001) dan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI 2001-2004) banyak dikeluarkan peraturan perundang-undangan baru.

Menurutnya, secara perjalanan cerita yang dialami Indonesia dengan ekonomi yang penuh tekanan, pada akhirnya Indonesia tetap bisa keluar dengan ekonomi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga: Kabar Gembira, Pemerintah Akan Salurkan Dana Hibah Pariwisata Rp3,3 Triliun

Ia percaya diri jika Indonesia akan mampu survive dari krisis keuangan karena pandemi corona yang terjadi.***(Lusi Nafisa/Zona Jakarta)

 

 
Editor: Ika Sholekhah Putri

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler