LINGKAR MADIUN - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April sejak tahun 1964 oleh seluruh bangsa Indonesia. Peringatan tersebut mengandung makna mendalam mengenai emansipasi perempuan dan mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia untuk terus konsisten memperjuangkan gender.
Surat-surat Kartini juga menjadi cermin perjuangan sulit kaum perempuan di awal abad ke-20. Dimana saat itu harkat perempuan terperosok di sumur, dapur, dan kasur hingga membuat batin Kartini menjadi gelisah.
Kemudian, Kartini mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia. Hal berharga yang bisa dipetik dari Kartini adalah 150 suratnya kepada J.H Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela Mandri.
Baca Juga: Kesaksian Sand Diragukan, Diduga Sengaja Manipulasi Foto Sensual Demi Merusak Nama Tangmo Nida?
Surat-surat Kartini ditujukan kepada para sahabat penannya yang sebagian besar orang Belanda. Sahabat pena pertamanya adalah Stella M. Zeehandelaar yaitu seorang anggota militan pergerakan feminis di Belanda. “Panggil aku Kartini saja” begitu tulis Kartini dalam surat perkenalannya kepada perempuan Belanda tersebut.
Sahabat pena Kartini yang lain adalah Nyonya M.C.E. Ovink, istri asisten residen yang pernah bertugas di Jepara serta dr. N. Adriani, ahli bahasa yang gemar surat-menyurat.
Dari surat-suratnya terlihat Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-semata soal isu emansipasi perempuan, namun juga terkait masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.