Terbitnya Surat RA Kartini dan Para Sahabat Pena dari Belanda, Simak Kisahnya

- 20 April 2022, 09:45 WIB
Ilustrasi Peringatan Hari Kartini 21 April 2022
Ilustrasi Peringatan Hari Kartini 21 April 2022 /Instagram.com/@ranselbagpack.

LINGKAR MADIUN - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April sejak tahun 1964 oleh seluruh bangsa Indonesia. Peringatan tersebut mengandung makna mendalam mengenai emansipasi perempuan dan mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia untuk terus konsisten memperjuangkan gender.

Surat-surat Kartini juga menjadi cermin perjuangan sulit kaum perempuan di awal abad ke-20. Dimana saat itu harkat perempuan terperosok di sumur, dapur, dan kasur hingga membuat batin Kartini menjadi gelisah.

Kemudian, Kartini mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia. Hal berharga yang bisa dipetik dari Kartini adalah 150 suratnya kepada J.H Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela Mandri.

Baca Juga: Kesaksian Sand Diragukan, Diduga Sengaja Manipulasi Foto Sensual Demi Merusak Nama Tangmo Nida?

Surat-surat Kartini ditujukan kepada para sahabat penannya yang sebagian besar orang Belanda. Sahabat pena pertamanya adalah Stella M. Zeehandelaar yaitu seorang anggota militan pergerakan feminis di Belanda. “Panggil aku Kartini saja” begitu tulis Kartini dalam surat perkenalannya kepada perempuan Belanda tersebut.

Sahabat pena Kartini yang lain adalah Nyonya M.C.E. Ovink, istri asisten residen yang pernah bertugas di Jepara serta dr. N. Adriani, ahli bahasa yang gemar surat-menyurat.

Dari surat-suratnya terlihat Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-semata soal isu emansipasi perempuan, namun juga terkait masalah sosial umum.

Baca Juga: Pria Pengendara Sepeda Motor di Malaysia Terlindas Truk, Diduga dengan Kecepatan Tinggi dan Mengantuk

Kartini melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Dari kalimat-kalimat di suratnya, terasa juga betapa sahabat penannya Rosa Abendanon telah memberi pengaruh besar terhadap pemikiran Kartini.

Kepada Nyonya Abendanon-lah Kartini menumpahkan semua pemikiran, cita-cita, serta isi hatinya (termasuk penderitaannya) lewat ratusan lembar surat yang ditulis dengan tangannya sendiri.

Saking sayangnya, Kartini kerap menyapa Rosa dengan sebutan 'Ibuku Tercinta' atau 'Kekasihku Tersayang'.

Baca Juga: Rutin Minum Ramuan Ini Kurang dari 5 Menit, Maag, GERD, Asam Lambung Menahun Sembuh Total

Setidaknya ada sekitar 150 surat yang dikirim Kartini dan kedua adiknya kepada Rosa. Dari jumlah tersebut, Kartini menulis sekitar 95 surat.

Tata bahasa Belandanya yang bagus membuat beberapa pihak setempat meragukan bahwa surat-surat tersebut bukan ditulis oleh Kartini sendiri.

Namun, seiring perjalanan waktu dan berbagai investigasi, terbukti bahwa surat-surat terssebut memang ditulis oleh Kartini sendiri.

Baca Juga: Minum Saja 1 Gelas Racikan Ini, Badan Jadi Enteng, Bebas Racun, Kembali Energik Seperti Remaja Lagi

“Seperti juga The Diary of Anne Frank, surat-surat Kartini ditulis layaknya kepada seorang sahabat yang sangat dihormatinya. Isinya lebih tepat disebut curahan hati, terkadang riang, di saat lain sangat emosional. Kadang-kadang ia menceritakan kejadian sehari-hari, tetapi tak jarang meletup buah pikiran dan cita-citanya yang terhitung sangat progresif untuk zamannya,” sebagaimana dikutip Lingkar Madiun dari Buku RA Kartini Biografi Singkat 1879-1904 karya Imron Rosyadi.

Gaya penulisan Kartini juga sistematis dan sangat mengalir dalam bahasa Belanda, sehingga enak dibaca, layaknya karya penulis profesional.

Saat Kartini menulis surat-suratnya, ia hanyalah seorang gadis Jawa berusia 21 tahun di sebuah kota kecil di pesisir Jawa. Kartini menjadi perempuan genius pada zamannya.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Diprediksi Absen Lawan Liverpool, Jadi Keuntungan MU Menghitung Taktik

Surat-surat Kartini tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan pertama kali oleh J.H Abendanon suami Rosa dalam bahasa Belanda.

Cetakan pertama diterbitkan oleh s-Gravenhage, Van Dorp (1911) dengan judul Door Duisternis Tot Lich dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah (Sunda, Jawa), serta sejumlah bahasa asing.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.

Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia.***

 

Editor: Ninda Fatriani Santyra

Sumber: Buku RA Kartini Biografi Singkat 1879-1904 Karya Imron Rosya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x