Fakta Tersembunyi di Balik Peringatan Hari Pahlawan 10 November yang Jarang Didengar!

- 9 November 2022, 16:00 WIB
Fakta Tersembunyi di Balik Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Fakta Tersembunyi di Balik Peringatan Hari Pahlawan 10 November /Freepik/

LingkarMadiun.com - Hari Pahlawan ke-77 akan diperingati besok pada Kamis, 10 November 2022 dengan mengambil tema ‘Pahlawanku Teladanku’.

Peringatan Hari Pahlawan 10 November identik dengan peristiwa pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 2022.

Hal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Baca Juga: Ramalan ZODIAK HARI INI 9 November 2022 Lengkap, Gemini Perlu Waktu Menyendiri, Aquarius Dengarkan Hatimu

Jika kembali menelisik sejarah, menjelang akhir tahun 1945, peristiwa 10 November diawali dengan perobekan bendera merah putih di atap Hotel Yamato pada 19 September 1945.

Selanjutnya Presiden Soekarno memerintahkan untuk gencatan senjata pada 29 Oktober 1945.

Pertempuran pun pecah pada 30 Oktober 1945 dimana masyarakat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris.

Baca Juga: Cheer Up Episode 10 dan 11 Tayang Kapan? Simak Jadwal Tayang, Spoiler, dan Link Nonton Ada di Sini

Dalam pertempuran tersebut, jumlah kekuatan yang dibawa oleh tentara sekutu sekitar 15.000 pasukan.

Dalam pertempuran yang terjadi selama tiga minggu tersebut, sekitar 6.000 masyarakat Indonesia dinyatakan gugur.

Melansir dari buku ‘Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempor 10 November’ karya Abdul Wahid, pertempuran Surabaya di latarbelakangi oleh kekalahan pihak Jepang.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 9 November 2022, Abimana Lakukan Ini Demi Elsa

Dimana, masyarakat Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.

Saat masyarakat Indonesia melucuti senjata Jepang, tentara Inggris mendarat di Jakarta pada 15 September 1945 dan kemudian tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945.

Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menginformasikan bahwa kedatangan tentara sekutu ke Surabaya tergabung dalam AFNEI atas keputusan dan nama Blok Sekutu.

Baca Juga: Dong Joo dan Pelayan Kim Mulai Berbagi Kasih Sayang? Ini Spoiler May I Help You Episode 5 Tayang Malam Ini

Kedatangan dari tentara Inggris bertujuan untuk mengembalikan pasukan Jepang yang telah kalah perang serta para warga asing yang ditawan oleh Jepang.

Menteri Amir Syarifuddin berpesan agar Pemerintah Daerah Surabaya menerima baik dan membantu tugas tentara Inggris tersebut.

Namun, masyarakat Surabaya tidak percaya begitu saja mengenai apa yang diinformasikan oleh Menteri Amir Syarifuddin.

Bung Tomo merupakan orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh Menteri Amir Syarifuddin.

Baca Juga: Jika Alami Gatal-gatal dan Kulit Kering Bersisik, Pertanda Gagal Ginjal, Begini Penjelasan dr Ema

Kecurigaan Bung Tomo bukan tanpa alasan, lantaran Kolonel P.J.G Huijer, selaku perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda yang datang pertama kali di Surabaya sebagai utusan Laksamana Pertama Patterson selaku Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi Angkatan Laut Kerajaan Belanda.

Saat di Surabaya, Kolonel P.J.G Huijer justru menentang revolusi yang digaungkan pejuang Indonesia hingga memancing kemarahan para pejuang di Surabaya.

Kolonel P.J.G Huijer ditangkap dan ditawan oleh aparat keamanan Indonesia di Kalisosok. 

Tak hanya itu, tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Hari Pahlawan Terbaru Download Gratis, Keren Dibagikan di Medsos pada 10 November 2022

Tak lama berselang setelah kapal Inggris merapat di Tanjung Perak,Surabaya.

Dua orang perwira staf Mallaby selaku Komandan Kerajaan Inggris menemui Gubernur Soerjo.

Dua orang perwira staf Mallaby tersebut bermaksud mengajak Gubernur Soerjo dan seorang wakil BKR untuk melakukan perundingan. Namun ajakan tersebut ditolak oleh Gubernur Soerjo.

Bung Tomo adalah orang yang paling menolak semua keinginan Mallaby.

Baca Juga: 6 Drama Korea Ini Dibintangi Moon Sang Min, Ada Under The Queens Umbrella hingga The Colors of Our Time

Kemudian perundingan dilanjutkan pada 26 Oktober yang bertempat di Gedung Kayoon bekas Gedung Konsulat Inggris. Bung Tomo juga ikut dalam pertemuan tersebut.

Dari pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan antara Indonesia dengan tentara sekutu bahwa yag akan dilucuti hanya tentara Jepang.

Sedangkan pengawasan dipegang oleh tentara sekutu dan selanjutnya tentara Jepang akan dipindahkan ke luar Jawa. Namun, Bung Tomo tetap tidak percaya begit saja terhadap sekutu.

Baca Juga: Kumpulan Lagu Tema Perjuangan Terbaru, Cocok Dinyanyikan Spesial Hari Pahlawan 10 November 2022

Mengejutkannya, tentara Inggris ternyata telah menduduki sejumlah tempat strategis di luar kesepakatan, antara lain, di lapangan terbang Tanjung Perak, perusahaan listrik Gemblongan, kantor pos besar dan gedung studio radio di Simpangan.

Tak hanya itu, Inggris juga menangkap Moestopo dan dipaksa menunjukkan di mana Kolonel PG Huijjer ditawan.

Pasukan Inggris bahkan menyerbu penjara Kalisosok dan membebaskan orang Belanda yang sempat ditawan oleh pejuang Indonesia.

Tentara Inggris mulai menunjukkan ketidakpatuhan pada perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. 

Baca Juga: Obat Alami untuk Sakit Tenggorokan, Pilek, dan Flu di Musim Hujan, Resep dari Apoteker

Pada 27 Oktober 1945, tentara Inggris menuntut dan mengancam semua warga Surabaya agar menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang kepada Inggris.

Bung Tomo, Residen Sudirman dan Moestopo memperingatkan Brigjen Mallaby bahwa tuntutan Inggris tersebut bertentangan dengan perjanjian yang telah disetujui sebelumnya.

Brigjen Mallaby justru tidak menghiraukan hal tersebut dan mengaku akan tunduk pada perintah atasan.

Akhirnya suasana menegangkan terjadi di Surabaya dan mencapai puncaknya pada 28 Oktober 1945.

Baca Juga: Kiky Saputri Balas Hujatan Fans Leslar dengan Cara Elegan, Netizen: Ternyata Mulut Bisa Dibeli Pakai Duit?

Melalui siaran radio, Soemarsono mengumumkan rencana penyerangan terhadap tentara Inggris. 

Selama proses pertempuran pada 30 Oktober 1945 Brigjen Mallaby dinyatakan tewas. Ia tewas ketika menumpangi mobil Buick yang hendak melewati Jembatan Merah dan dicegat para milisi Indonesia.

Kematian Brigjen Mallaby tersebut pun menjadi awal mula terjadinya peperangan yang jauh lebih hebat dari sebelumnya.

Insiden tersebut memaksa Letnan Jenderal Christianson, Komandan pasukan sekutu di AFNEI memberikan peringatan keras terhadap Indonesia terutama pejuang yang ada di Surabaya.

Baca Juga: Romansa Menggemaskan Antara Park Jung Woo dan Do Hae Yi, Ini Spoiler Cheer Up Episode 9 Tayang Malam Ini

Letnan Jenderal Christianson mengirimkan seluruh divisi infanteri ke-5 lengkap dengan peralatan tank ke Surabaya di bawah pimpinan Mayor Jenderal Mansergh dengan membawa sekitar 15 ribu pasukan.

Mansergh mengeluarkan ultimatum agar seluruh senjata di serahkan sebelum jam 06.00 WIB.

Bahkan ultimatum tersebut juga menyebut dalam waktu satu hari, Surabaya harus diserahkan kepada pihak Inggris.

Ultimatum juga meminta rakyat Indonesia yang ada di Surabaya harus bertanggung jawab atas tewasnya Mallaby.

Baca Juga: Sinopsis Hope or Dope 2 Drama Korea Viral di TikTok, Kisah 5 Pemuda Terjebak dalam Dunia Narkoba

Ultimatum tersebut disebarkan melalui udara ke seluruh Kota Surabaya.

Mansergh juga memberi peringatan keras jika anak-anak dan wanita harus sudah meninggalkan Surabaya sebelum pukul 19.00 malam serta memberi ancaman. 

Bila ultimatum tidak dipatuhi oleh masyarakat Surabaya, Inggris akan menyerang Surabaya pada 10 November 1945 dari darat, laut, dan udara.

Keluarnya ultimatum tersebut membuat para pemimpin di Surabaya segera menghubungi pemerintah pusat di Jakarta.

Baca Juga: Kumpulan Lagu Tema Perjuangan Terbaru, Cocok Dinyanyikan Spesial Hari Pahlawan 10 November 2022

Para pemimpin Surabaya termasuk Bung Tomo meminta keputusan kepada Soekarno mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan ultimatum Mansergh.

Kali ini pemerintah pusat di Jakarta hanya diam. Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebardjo hanya menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat Surabaya.

Akhirnya, Bung Tomo pun mengajak semua elemen masyarakat di Surabaya untuk menyatukan tekad bulat akan menghadapi ultimatum tersebut.

Baca Juga: Kang Seon Jin Berencana Menyakiti Choi Sang Eun? Ini Spoiler Love in Contract Episode 15 Tayang Malam Ini

Bung Tomo mengusulkan agar dilakukan perlawanan terhadap pihak tentara sekutu.

Bung Tomo mengajak semua masyarakat Surabaya terlibat dalam perlawanan tersebut. Keputusan tersebut ditindak lanjuti oleh Gubernur Soerjo.

Pada pukul 23.00 WIB, Soerjo mengumumkan melalui siaran radio seluruh masyarakat Surabaya akan melewati para tentara sekutu sampai mati.

Seruan pidato Bung Tomo lebih dari cukup untuk membakar semangat masyarakat Surabaya dalam melawan tentara sekutu.***

*Disclaimer: Artikel ini hanya sekedar informasi bagi pembaca. LingkarMadiun.com tidak bertanggung jawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.

Editor: Ika Sholekhah Putri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x