Indonesia Pernah Punya Sosok Dokter yang Tak Pernah Menyuntik, Siapa Dia? Simak Ulasan Menariknya

- 3 Februari 2021, 15:51 WIB
Profil Prof.Dr, Sulianti Saroso seorang dokter Indonesia yang tidak pernah menyuntik dan memberikan resep
Profil Prof.Dr, Sulianti Saroso seorang dokter Indonesia yang tidak pernah menyuntik dan memberikan resep /Instagram @fotolawasofficial

Lingkar Madiun- Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso semakin sering disebut bersamaan dengan berkembangnya wabah pandemi Covid-19 di Indonesia.

Pasalnya, rumah sakit ini kerap kali menjadi tempat perawatan intensif bagi para pasien. Di balik bangunan RSPI terdapat sosok dokter wanita yang namanya diabadikan di rumah sakit tersebut.

Lantas, siapa sosok Sulianti Saroso di balik nama rumah sakit tersebut?

Baca Juga: Beginilah Nasib James Arthur Konjongian Usai Kepergok Selingkuh dengan Sang Malaikat Pencabut Jabatan

Baca Juga: Kalahkan Arsenal,Pelatih Wolves : Kepercayaan Diri Para Pemain Kembali

Memiliki nama lengkap Jule Sulianti Saroso, wanita ini merupakan seorang dokter Indonesia yang berdikasi pada masanya.

Dalam catatan sejarah kebijakan bidang kesehatan di Indonesia Prof.Dr, Sulianti Saroso adalah nama penting untuk setidaknya dua jurusan yakni pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta keluarga berencana (KB).

Beliau adalah peneliti dan perancang kebijakan kesehatan dan tidak tertarik menjadi dokter praktek. Dita Saroso putri beliau pernah mengungkapkan bahwa ibunya tersebut hampi-hampir tidak pernah menyuntik pasien atau menulis resep.

Sebab, Prof.Dr, Sulianti Saroso lahir pada tanggal 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali. Sulianti Saroso lulus sekolah kedokteran tahun 1942 dari Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia.

Kemudian beliau meneruskan pendidikannya di Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat, dan Malaya selama 2 tahun dari tahun 1950-1951 dan mendapat Certificate in Publik Health Administration dari Universitas London.

Pada tahun 1962, beliau memperoleh gelar MPH (Master of Public Health) dan TM (Tropical Medicine). Pada tahun 1965 beliau juga memperoleh gelar Doctor of Public Health (Epidemiologi), setelah mempertahankan Disertasinya yang berjudul “The Natural History of Enteropathogenic Escherechia Coli Infections”.

Pada masa kependudukan Jepang, Sulianti Saroso bekerja di sebuah rumah sakit umum pusat di Jakarta yang kini dikenal sebagai RS Cipto Mangunkusumo.

Pada awal kemerdekaan ia turut bertahan di rumah sakit besar tersebut. Namun ketika ibu kota negara pindah ke Yogyakarta, Sulianti turut hijrah menjadi dokter republikan dan bekerja di rumah sakit Bethesda Yogyakarta.

Sulianti mengikuti garis politik keluarganya yakni ayahnya dokter M Sulaiman yang berasal dari kalangan keluarga priyayi tinggi di Bagelen, Banyumas dan serumpun dengan keluarga Soemitro Djojohadikusumo yang adalah pengurus dan pendiri Boedi Oetomo, dengan pandangan politik yan pro Indonesia merdeka.

Di penghujung karirnya, Profesor Sulianti lebih banyak menekuni bidang yang sesuai dengan kompetisi akademiknya, yakni penyakit menular.

Dita Saroso mengungkapkan jika sang ibu lebih sebagai dokternya masyarakat. Filosofinya sebagai dokter bukan sebatas mengobati pasien, melainkan membuat masyarakat, terutama kalangan masyarakat menengah ke bawah, dapat hidup sehat, sejahtera, dan bahagia.***

 

 

 

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x