Pesan Terakhir Prabu Siliwangi, Masih Relevan dengan Kondisi Saat Ini? Simak Ulasannya Berikut Ini

- 6 Januari 2021, 20:41 WIB
Pesan Terakhir Prabu Siliwangi, Masih Relevan dengan Kondisi Saat Ini? Simak Ulasannya Berikut Ini
Pesan Terakhir Prabu Siliwangi, Masih Relevan dengan Kondisi Saat Ini? Simak Ulasannya Berikut Ini /Willgard Krause

Baca Juga: Ramalan Serat Uga Siliwangi Bait Pertama Terbukti Bahwa Soekarno Memimpin Indonesia

“Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari itu, Padjajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Padjajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

“Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon Handeuleum dan Hanjuang.”

“Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Baca Juga: Pesan Terakhir Prabu Siliwangi, Penguasa Buta Makin Berkuasa dan Lahir Ratu Adil? Simak Ulasannya

Baca Juga: Ramalan Serat Uga Siliwangi Bait Pertama Terbukti Bahwa Soekarno Memimpin Indonesia

“Dengarkan! Yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota.”

“Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.”

“Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti!”

Baca Juga: Pesan Terakhir Prabu Siliwangi, Penguasa Buta Makin Berkuasa dan Lahir Ratu Adil? Simak Ulasannya

Halaman:

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Buku Prabu Siliwangi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah