Mbah Maridjan meyakini bahwa pengambilan pasir secara berlebihan dengan menggunakan beckhoe akan mengundang awan panas pada saat erupsi.
“Bupati Sleman, Bupati Klaten, Bupati Magelang, dan Bupati Boyolali, ke empatnya ini kalau bisa harus berpikir. Kalau tidak bisa memikirkan hal itu, maka akan diberi (pasir) tapi beserta awan panas, itu pasti! ” ujar Mbah Maridjan.
Mbah Maridjan kembali menegaskan bahwa keempat Bupati yang berasal dari Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang harus segera menghentikan pengambilan pasir dengan menggunakan beckhoe.
Pasalnya, jika tidak segera dilakukan Mbah Maridjan mengatakan bahwa bencana berupa awan panas dari gunung Merapi akan melanda sesuai perintah dari sosok yang ia sebut sebagai eyang Merapi.
“Itu namanya merusak lingkungan! Seumpama keempat bupati itu, Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang jika tidak mau mengusir beckhoe selamanya, maka akan diberi (pasir) beserta awan panas itu perintah eyang Merapi,” ujar Mbah Maridjan.
Dan 4 Tahun kemudian tepatnya pada tahun 2010, akhirnya erupsi dahsyat yang membawa awan panas pun terjadi. Awan panaspun menyapu desa Kinahrejo tempat Mbah Maridjan tinggal.
Gunung merapi yang erupsi mengeluarkan jutaan meter kubik material vulkanis. Sekitar 100 lebih warga meninggal dunia dan puluhan desa hangus terbakar awan panas.