Mencengangkan, 6 Ritual Seks Aneh di Seluruh Dunia, Ada Seks Massal di Tempat Terbuka?

- 4 Januari 2022, 20:45 WIB
Ilustrasi anak laki-laki remaja suku tradisional.
Ilustrasi anak laki-laki remaja suku tradisional. /Pixabay.com/

LINGKAR MADIUN - Banyak yang menganggap seks adalah hal yang tabu dan kotor. Namun, ternyata ada beberapa suku dan kelompok masyarakat yang memiliki ritual seks unik.

Ada yang melegalkan hubungan seks di bawah umur hingga berbagai budaya lain yang mungkin tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.

Namun mayoritas ritual seks yang disebutkan berikut ini sudah tidak lagi dijalankan karena berbagai alasan.

1. Suku Mangaia: Remaja laki-laki akan belajar mengenai seks dengan perempuan dewasa.

Edukasi seks merupakan hal yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak, terutama yang telah memasuki usia remaja, tak terkecuali masyarakat Mangaia yang mendiami pulau di Samudra Pasifik.

Baca Juga: Kisah Nyata Wanita Indonesia Ikut Aliran Pemuja Setan Illuminati, Kaya Mendadak Hingga Pesta Seks

Namun edukasi seksnya berbeda dengan yang kita kenal saat ini. Masyarakat Mangaia justru mengajarkan bagaimana cara melakukan aktivitas seksual kepada para remaja laki-laki.

Edukasi seks yang diajarkan meliputi cara memuaskan perempuan, cara mencapai orgasme, posisi seks, dan lain sebagainya. Lebih uniknya lagi, semua itu tidak hanya sekadar teori.

Para perempuan dewasalah yang akan mengajari langsung pemahaman seks kepada remaja laki-laki sekaligus mempraktikkannya.

Baca Juga: Waspada! Jika Mengalami Penurunan Gairah Seks, Khususnya Pria, Gejala Umum Terindikasi Penyakit Ini

2. Papua Nugini: Anak-anak diperbolehkan berhubungan seksual

Masih dari Papua Nugini, ritual seks ini berasal dari suku bernama Trobriander.

Masyarakat Trobiander memiliki kepercayaan bahwa anak-anak boleh melakukan hubungan seksual.

Untuk laki-laki, mereka boleh memulainya dari usia 10 hingga 12 tahun, sedangkan batas umur untuk perempuan adalah enam hingga delapan tahun.

Baca Juga: Mbak You Terawang Kasus Korupsi Terbesar Akan Terbongkar, Hingga Skandal Seks Artis Pejabat Mewarnai 2021

Tak hanya itu, anak perempuan juga sudah diajarkan cara menggoda laki-laki sejak mereka masih kecil.

Namun perlu diketahui, mereka tak harus menikah untuk berhubungan seksual.

Sebab, masyarakat Trobriander menganggap hubungan seksual sangatlah wajar dan tidak harus ada komitmen untuk melakukannya.

Jadi, seks bebas adalah hal yang wajar di sini.

Baca Juga: Kuras Habis Semua Racun di Tubuh Tanpa Olahraga, Cukup Minum 1 Gelas Tumpas Segala Penyakit Kronis

3. Kamboja: Remaja perempuan dibuatkan pondok untuk bercinta.

Suku Kreung di Kamboja memiliki ritual seks yang unik. Orangtua akan membangun sebuah pondok untuk anak perempuannya yang sudah sudah mengalami menstruasi, usia 9 hingga 13 tahun.

Setiap malam, akan ada laki-laki yang menghampiri pondok tersebut untuk memikat anak perempuan ini.

Baca Juga: Peringatan Keras! Setelah Berhubungan Intim Melihat Hal Ini, Waspada Mengidap Kanker Vagina

Tak hanya itu, terkadang mereka juga berhubungan seks di dalam pondok tersebut.

Si Laki-laki bisa tinggal beberapa malam sesuai dengan keinginan si perempuan.

Setelah berhubungan dengan orang yang berbeda, barulah perempuan bisa memilih siapa yang ia inginkan menjadi pasangannya.

Tradisi ini tidak berlangsung hingga saat ini. Pada tahun 2003, ritual ini dihentikan setelah ada beberapa remaja perempuan mendapat kekerasan seksual dari laki-laki.

Baca Juga: Wanita Jangan Bersihkan Organ Intim dengan Cara Ini, Bisa Memicu Dosa yang Tidak Diampuni Allah SWT

4. Haiti: Berhubungan seks massal di air terjun

Haiti adalah negara kecil di Laut Karibia ini terkenal dengan tradisi voodoo (santet).

Mereka memiliki ritual seks yang berkaitan dengan budaya mistis. Masyarakat menyebutnya sebagai The Saut D’eau Ritual.

Setiap bulan Juli, para pasangan suami istri akan pergi ke air terjun Saut D’eau yang dianggap sakral dan suci.

Baca Juga: Tren Menjemur Vagina, Tren Aneh yang Diklaim Tingkatkan Gairah dan Kesehatan Organ Intim, Berani Coba?

Para pasutri akan telanjang dan mandi bersama-sama. Air untuk mandi juga akan dicampur terlebih dahulu dengan darah sapi yang mereka korbankan.

Di air terjun tersebut, masyarakat akan berhubungan badan secara bebas dan massal di air terjun.

Baca Juga: Jika di Tangan Anda Muncul Garis dan Warna Begini, Waspadalah, Cek Sekarang Juga!

5. Nepal: Berbagi istri di antara saudara laki-laki

Penduduk Nepal yang tinggal di daerah Himalaya mengalami kelangkaan lahan. Itulah kenapa sulit untuk membangun keluarga di sana.

Untuk menyiasatinya, masyarakat Nepal memiliki tradisi berbagi istri atau poliandri.

Sesama saudara laki-laki yang satu keluarga harus menikahi perempuan yang sama.

Baca Juga: Tidur Mendengkur Hingga Tak Nafsu Hubungan Intim, Waspadai 6 Gejala Penyakit Mematikan Ini

Dengan begitu, mereka tak perlu tinggal secara terpisah dengan satu sama lain.

Anak yang dihasilkan dari pernikahan pun tidak akan terlalu banyak karena hanya ada satu perempuan.

Namun untuk saat ini, ritual seks berbagi istri tersebut sudah mulai ditinggalkan.

6. Nigeria: Tradisi mencuri istri

Suku Wodaabe di Nigeria, Afrika Barat akan selalu melakukan ritual di musim hujan setiap tahunnya untuk menyelenggarakan Gerewol.

Para lelaki memakai kostum dan mengikuti semacam kontes.

Mereka akan mengecat wajahnya, memakai kalung, topi, dan beragam aksesori suku tersebut.

Namun festival bukan bertujuan untuk adu ketampanan. Tujuan dari dandanan tersebut adalah untuk 'mencuri' istri laki-laki lain.

Baca Juga: Banyak yang Lupa, Suami Istri Wajib Ucap Doa Ini Sebelum Hubungan Intim, Hindarkan Calon Anak dari Setan

Konon, si perempuan hanya perlu menunggu lelaki idamannya lewat, kemudian menepuk pundaknya.

Mereka akan berhubungan badan dengan orang lain, bukan dengan pasangan sah mereka hingga esok hari saja.

Itulah ritual seks yang mencengangkan. Karena efek modernisasi, banyak ritual seks yang ditinggalkan.

Baca Juga: 4 Zodiak Raih Harta Karun Berjibun, Nasibnya Meroket, Mendadak Jadi Sultan 7 Turunan di Tahun 2022

Selain itu, banyak ritual seks yang bertentangan dengan moral, norma, dan hak asasi manusia, sehingga ritual itu tidak dilakukan lagi.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah