Serangan Kedua Setelah Gereja Nice, Penjaga Konsulat Prancis di Jeddah Ditusuk Seorang Pria Arab

30 Oktober 2020, 12:38 WIB
ilustrasi peneyrangan/pexels /

LINGKAR MADIUN - Kejadian tidak menyenangkan kembali terjadi dan melibatkan Prancis kembali.

Setelah heboh kontroversi Presiden Prancis, Immanuel Macron. Kali ini seorang pria warga Arab Saudi melukai seorang penjaga dengan menggunakan pisau dalam aksi serangan ke konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi pada, Kamis, 29 Oktober 2020.

Diketahui bahwa serangan itu terjadi bersamaan dengan serangan sebuah gereja di kota Nice, Prancis, yang menewaskan tiga orang dan beberapa lainnya terluka. Serangan ini oleh pihak berwenang dianggap sebagai serangan terbaru untuk mengguncang Prancis.

Pihak kedutaan Besar Prancis dalam sebuah pernyataan “Penyerang segera ditangkap oleh pasukan keamanan Arab Saudi setelah serangan itu. Penjaga dibawa ke rumah sakit dan nyawanya tidak dalam bahaya,” dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Ternyata Masker Kopi Dapat Mencerahkan Kulit dan Mencegah Penuaan Dini, Berikut Resepnya

Dilansir dari PR Bekasi dalam artikel "Bersamaan dengan Teror di Gereja Nice, Konsulat Prancis di Jeddah Juga Diserang Seorang Pria Arab". Pihak kepolisian provinsi Mekkah, tempat Jeddah berada, mengatakan pelaku penyerangan merupakan seorang warga Arab Saudi, tetapi tidak menyebutkan kewarganegaraan penjaga tersebut, mereka juga mengatakan bahwa Ia mengalami luka ringan atas serangan tersebut.

"Kedutaan Besar Prancis mengutuk keras serangan terhadap pos terdepan diplomatik, yang tidak bisa dibenarkan," katanya dalam sebuah pernyataan, mendesak warganya di Arab Saudi untuk lebih meningkatkan tingkat kewaspadaan

Keamanan di sekitar konsulat Jeddah kemudian tampak diperketat dengan mobil polisi Saudi yang terlihat berpatroli di sekitar kompleks kedutaan secara berkala.

Baca Juga: Beredar Foto Rose BLACKPINK dan Chanyeol EXO Berkencan, Simak Fakta Sebenarnya

Di Riyadh, dua mobil polisi ditempatkan di luar kedutaan yang terletak di kawasan diplomatik dengan keamanan tinggi di kota itu, kepolisian Arab Saudi pun mencegah orang yang lewat mengambil foto.

Serangan di Arab Saudi dan Prancis terjadi setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron dengan keras membela penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah satir Charlie Hebdo dengan alasan kebebasan berbicara.

Macron juga mendapat kecaman dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan serta negara-negara mayoritas Muslim lainnya.

Baca Juga: [UPDATE] Virus Corona 29 Oktober 2020, Kasus Positif di Indonesia Tembus 400 Ribu Orang

Kerajaan Arab Saudi yang merupakan rumah bagi situs-situs paling suci Islam telah mengkritik karikatur tersebut, dengan mengatakan mereka menolak "setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme" tetapi tidak lagi mengutuk kepemimpinan Prancis.

Pembelaan Macron atas hak Charlie Hebdo terjadi setelah pembunuhan seorang guru pada 16 Oktober 22020 di sekolah Prancis yang telah menunjukkan karikatur tersebut kepada muridnya selama diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.

Karikatur yang sangat menyinggung Islam tersebut, adalah bagian dari perdebatan baru tentang kebebasan berekspresi setelah pembunuhan guru di Prancis.

Baca Juga: La Familia, Kelompok Rasis Penghina Nabi Muhammad SAW Lewat Sebuah Lagu

Kantor redaksi Charlie Hebdo sendiri pernah menjadi sasaran penyerangan oleh kelompok bersenjata pada 2015 lalu, yang menewaskan 12 orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal.

Prancis telah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan teror sejak pembantaian di Charlie Hebdo.***(Rivan Muhammad, PR Bekasi)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: PR BEKASI

Tags

Terkini

Terpopuler