PM Jepang Ngotot Gelar Olimpiade Tokyo 2021, Mayoritas Masyarakat Jepang Tak Setuju

- 2 Januari 2021, 18:48 WIB
olimpiade tokyo
olimpiade tokyo /olympic.org

Lingkar Madiun – Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menegaskan bahwa Olimpiade Tokyo akan diselenggarakan pada bulan Juli 2020. Suga menyampaikan hal tersebut dalam pernyataan tertulisnya dalam rangka menyambut Tahun Baru 2021.

"Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade akan diadakan musim panas ini. Kami akan membuat persiapan yang matang untuk mewujudkan turnamen yang aman dan terjamin," tulis Suga.

Baca Juga: Berharap pada Joe Biden, Menlu Jepang Ingin Pererat Hubungan Jepang - AS

Baca Juga: Joe Biden Pastikan Jepang, Korsel, dan Australia Menjadi Sekutu AS

Pada Maret 2020, Jepang dan International Olympic Committee (IOC) atau Komite Olimpiade Internasional memutuskan untuk menunda pertandingan selama satu tahun karena pandemi virus corona membuat sebagian besar negara di dunia terpaksa lockdown.

Acara Olimpiade yang melibatkan sekitar sebelas ribu atlet dari seluruh dunia ini rencananya akan berlangsung selama dua minggu mulai 23 Juli 2020, sedangkan Paralimpiade akan diselenggarakan setelah Olimpiade berakhir.

Akibat dari penundaan tersebut, anggaran untuk acara Olimpiade dan Paralimpiade telah meningkat dari USD 2,4 miliar (sekira Rp34 triliun) menjadi lebih dari USD 15 miliar (sekira Rp213 triliun).

Presiden IOC Thomas Bach telah menegaskan kembali komitmen IOC terhadap pertandingan tersebut dalam sebuah video untuk menyambut tahun baru.

Bach mengatakan bahwa Tokyo adalah kota yang dianggap paling siap untuk menyelenggarakan Olimpiade.

“Pertandingan Olimpiade ini akan menjadi cahaya di ujung terowongan. Acara ini akan menjadi perayaan solidaritas dan persatuan umat manusia dalam berbagai keragaman dan ketahanan,” kata Bach.

Baca Juga: Kemenpora Segera Rilis Daftar Atlet dan Pelatih Prioritas Vaksin COVID-19

Namun, opini masyarakat Jepang tampaknya tidak setuju dan menentang acara tersebut karena Jepang saat ini tengah menghadapi lonjakan kasus virus corona.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Perusahaan Penyiaran Jepang NHK pada bulan Desember 2020 menunjukkan bahwa hanya 27 persen responden yang menginginkan turnamen tersebut dilanjutkan.

Sementara itu, jumlah responden yang  memilih pembatalan naik menjadi 32 persen dibandingkan survey di bulan Oktober dengan dengan 23 persen.

Dengan tujuh bulan tersisa, Jepang masih harus menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang mencapai rekor tertinggi di Tokyo pada 31 Desember 2020.

Suga, yang menjabat pada bulan September 2020 setelah pengunduran diri Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, telah dikritik atas respons pemerintahannyanya dalam menghadapi pandemi COVId-19.

Suga diketahui terus mendukung pelaksanaan program yang diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang sebelumnya untuk mempromosikan pariwisata domestik.

Bahkan, surat kabar Nikkei pada akhir pekan lalu mengabarkan bahwa Gubernur Tokyo Yuriko Koike berencana meminta dikeluarkannya status keadaan darurat pada pertemuan dengan Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura pekan ini.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah