Penduduk kota Pedara mengatakan dahsyatnya erupsi Etna terjadi pekan lalu hingga seolah-olah turun hujan batu saat selimut abu yang tebal menutupi kota.
Baca Juga: Gempa Majene Sulbar adalah Perulangan Gempa 1969, Benarkah? Berikut Penjelasan BMKG
Baca Juga: Waspada Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang Sepekan ke Depan, Begini Penjelasan BMKG
Ahli vulkanologi Boris Behncke dari institut nasional pusat observasi Etna telah mengamati fenomena paroksisma terbaru dengan takjub.
Dia pun menuliskan di situs web institut minggu ini bahwa setelah Etna ‘memberi momen-momen ketegangan’ pada malam-malam sebelumnya, Etna akhirnya meledak dengan cara yang ‘jarang terlihat oleh kami yang telah bekerja dalam bidang ini selama beberapa dekade’.
Baca Juga: Waspada Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang Sepekan ke Depan, Begini Penjelasan BMKG
Merujuk pada aktivitas semalam, dia membuat cuitan melalui akun Twitter pribadinya pada hari Selasa, 23 Februari 2021.
Did I call the 20-21 February paroxysm of #Etna "incredibly powerful"? Well, its successor, in the night of 22-23 February, was MUCH more powerful. Subplinian eruption column seen from home, Tremestieri Etneo, 23 February 2021, about 01:00h local time pic.twitter.com/9OEHdhtlyL— Boris Behncke (@etnaboris) February 23, 2021
“Apakah saya menyebut paroksisma dari #Etna pada 20-21 Februari 'sangat kuat'? Nah, penerusnya, pada malam 22-23 Februari, JAUH lebih kuat,” seperti tertulis pada cuitan tersebut.