Sempat Dipakai dalam Wabah Virus Zika, Teknik Cetak 3D Bisa Dipakai untuk Pengobatan Covid-19

- 30 Juli 2020, 05:35 WIB
Pencetak 3 dimensi. /Pixabay/Lutz Peter
Pencetak 3 dimensi. /Pixabay/Lutz Peter /

“Bahkan bagi kami pun hal ini rasanya seperti cerita fiksi ilmiah,” kata Akhiesh Gaharwar, yang mengorganisir lab lintas-disiplin di departemen teknik biomedical di Texas A&M University. Lab yang fokus pada bioprinting dan metode lainnya untuk pengobatan regeneratif.

Kanker dan penyakit lainnya

Peran bioprinting untuk analisis farmasi saat ini sangat penting, tidak hanya berpotensi sebagai pengobatan Covid-19, tetapi juga sebagai pengujian untuk kanker dan penyakit lainnya.

Dr. Atala mengatakan bahwa organoid membuat para peneliti dapat menganalisis dampak suatu obat pada organ tanpa dipengaruhi oleh metabolisme makhluk hidup. 

Ia mengutip Rezulin, obat diabetes populer yang ditarik dari publik di tahun 2000 setelah ada bukti kalau obat tersebut mengakibatkan gagal hati. Labnya menguji versi arsip dari obat tersebut, dan dalam dua minggu terlihat jelas betapa beracunnya obat tersebut pada hati, ucap Dr. Atala.

Jadi apa perbedaannya? Sebuah organoid merupakan replika suatu organ dalam keadaan paling murninya dan menyediakan data yang mungkin tidak akan terjadi di uji klinis, asalkan percobaannya itu sebagai tambahan dan bukan pengganti dari uji klinis.

Pengujian pada kulit hasil bioprinting atau pada miniatur organ lain juga dapat menunjukan dengan jelas obat mana yang bekerja dengan baik pada hewan seperti tikus, tetapi tidak bekerja dengan baik pada manusia.

Model-model 3D itu dapat menggantikan pengujian pada hewan dan memperkuat pedoman jalur klinis dari lab ke klinik, “ ujar Dr. Gharwar. Pedoman yang menganggap penting produk untuk konsumen dan juga untuk obat-obatan farmasi; Sebagai contoh, sejak 2013, Uni Eropa telah melarang perusahaan kosmetik menguji produk mereka pada hewan.

Bahan dasar untuk organ buatan ini disebut sebagai rangka, dibuat dari bahan biodegradable yang dapat terurai secara sendirinya. Untuk menyediakan nutrisi pada organoid tersebut, di dalam kerangkanya diberikan saluran-saluran mikroskopik berdiameter 50 mikron – sekitar setengah diameter rambut manusia.

Ketika selesai, bioink - kombinasi dari sel dan hidrogel yang menyatu menjadi agar-agar - lalu dicetak ke kerangka tersebut seperti kue lapis, kata Dr. Atala.

Halaman:

Editor: Dwiyan Setya Nugraha


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x