Pilpres Amerika 2020, Warga: Deklarasi Kemenangan Trump Terlalu Dini

- 5 November 2020, 14:53 WIB
Kandidat Calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (Kanan).
Kandidat Calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (Kanan). /

LINGKAR MADIUN - Pasca Pemilihan Presiden Amerika Serikat, ketegangan dan kelelahan antara para pemilih baik dari kubu Partai Republik dan Partai Demokrat yang semakin memuncak pada hari Rabu (4/11/2020) atau Kamis pagi (5/11/2020) waktu Indonesia, dengan hasil pemilihan yang masih belum pasti, sehari setelah pemungutan suara ditutup.

Kehebohan terjadi karena klaim kemenangan palsu oleh Presiden Donald Trump pada Rabu hari dini, ketika penghitungan suara masih berlanjut hal ini mengguncang para pendukung penantang Demokrat Joe Biden.

Pendukung Biden mengungkapkan kekhawatiran yang meningkat bahwa petahana Partai Republik mungkin tidak menerima hasil pemilihan jika dia kalah. Disisi lain, banyak pemilih Trump menyuarakan tuduhan yang tidak berdasar tentang gangguan pemilu yang meluas.

Anna Drallios, seorang pemilih Biden yang berimigrasi ke Amerika Serikat dari Albania pada tahun 1967, mengatakan bahwa Trump mempertanyakan keabsahan proses pemilihan normal sementara di sisi lain menuntut penghentian penghitungan suara.

Baca Juga: Berikut 5 Fakta Mengejutkan Pilpres Amerika 2020, Salah Satunya Biden Ukir Sejarah Suara Terbanyak

“Saya berasal dari negara komunis, dan saya tahu bagaimana rasanya tidak punya suara, tidak punya suara,” kata Drallios, salah satu dari ratusan pengunjuk rasa yang berunjuk rasa di Harrisburg, ibu kota Pennsylvania, yang meneriakkan, “Hitung suara kami. "

"Jika kita membiarkan suara kita dicuri, kita menuju kediktatoran, menuju penindasan," katanya, seperti dikutip dari Reuters.

Ketegangan pasca-Hari Pemilu terbukti sulit dihadapi banyak orang. Banyak di antaranya beralih ke kopi atau mencari hiburan dengan pekerjaan rumah atau hal lainnya.

"Ini seperti 'twilight zone' (serial televisi misteri lama)," kata Tanya Wojciak (39), yang memperkirakan telah menenggak 17 cangkir kopi dan mendapati dirinya mondar-mandir di lantai rumahnya di Cortland, Ohio, saat menyaksikan siaran langsung hasil perhitungan dari negara-negara di medan pertempuran yang dibanjiri oleh pemecahan rekor surat suara awal.

Halaman:

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah