Tubuh Manusia Saat Dibongkar Al-Qur’an, Ternyata Saraf Manusia Berkomunikasi! Simak Ulasan Menariknya

13 Februari 2021, 19:30 WIB
Ilustrasi jaringan saraf manusia /Pixabay

Lingkar Madiun- Neurosains merupakan ilmu yang mempelajari sel saraf. Dalam sel saraf terdapat sinapsis, yaitu titik pertemuan dua sel yang memindahkan dan meneruskan informasi. Inilah yang menggerakkan proses komunikasi manusia.

Kerumitan proses komunikasi yang digerakkan oleh sel saraf ternyata sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Organ tubuh manusia menyimpan banyak keajaiban-keajaiban, segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT membuka kesempatan bagi manusia untuk memuji keagungan dan kekuasaan-Nya.

Baca Juga: WHO China Tak Lagi Selidiki Tudingan AS Tentang Virus Covid-19 Lolos dari Laboratorium

Baca Juga: Jangan Lakukan Ini di Bulan Rajab Atau Anda Akan Dapat Dosa Berlipat Ganda. Simak Ulasan Ini

Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan:

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya. Jadilah! Maka jadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Ya-Sin:82-83)

Sesuai yang diisyaratkan dalam surah Yasin yang membahas mengenai sel-sel yang berada di dalam otak manusia, terdapat sebuah sistem kerumitan yang membuat manusia berpikir. Dan atas kendalinya manusia melakukan berbagai aktivitas yang semuanya digerakkan oleh sarasaraf otak fisik manusia.

Proses kerja saraf-saraf otak manusia bisa dianalogikan seperti merangkai perangkat-perangkat elektronik. Teknologi tersebut dirancang untuk menjalin komunikasi antar sesama manusia.

Sebuah pengamatan dengan mikroskop canggih mengungkapkan bahwa saraf-saraf di dalam otak manusia berkomunikasi dengan cepat dan sempurna. Jika seseorang menginjak sekeping pecahan kaca, rentang waktu yang dibutuhkan saat menginjak pecahan kaca dan merasakan sakit di otak hanyalah perseribuan detik.

Jangka waktu tersebut sangatlah singkat, hingga kita tak menyadarinya. Namun dalam hitungan waktu, sebuah pesan disampaikan dari jari kaki ke otak kita.

Komunikasi yang cepat dan sempurna itu ternyata dikelola oleh sel-sel saraf atau dalam ilmu biologi disebut dengan neuron.

Neuron memperantarai komunikasi di dalam tubuh kita, dengan cara unik yang terdiri dari proses-proses rumit elektronik dan kimiawi yang luar biasa, sehingga memastikan pengelolaan tanpa cela di dalam otak serta antara otak dengan organ-organ lainnya.

Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan. Allah SWT menyempurnakan ciptaannya dengan melengkapi otak dan akal untuk manusia.

Allah SWT berfirman:

“Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.At-Tin:4)

Setelah diciptakan, Allah SWT kemudian memberi tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.

“Ingatlah kamu ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata,’Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?’ Dia berfirman, ‘sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:30)

Manusia menjadi makhluk yang sangat istimewa karena diberi banyak kelebihan, manusia diberi hawa nafsu dan dianugerahi akal untuk mengendalikannya berbeda dengan malaikat yang tidak diberi nafsu kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sedangkan binatang hanya diberi nafsu tanpa di akal. Kemuliaan ini menjadikan manusia pantas menjadi khalifah di muka bumi.

Akal merupakan anugerah paling tinggi nilainya, dengan akal manusia bisa berpikir, beriman kepada Allah SWT, berkreasi dan mampu memilah antara yang baik dan yang buruk.

Sebagai makhluk Allah SWT manusia diciptakan dengan anatomi yang sebaik-baiknya, salah satu keistimewaan manusia diantaranya adanya organ dalam tubuh manusia yang sangat menentukan yaitu otak.

Sebagai sentral yang mengatur seluruh gerakan indera manusia, otak adalah organ yang menyimpan data, pikiran, panca indra, dan sensasi.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tiada akal seperti kebijaksanaan, dan tiada wara’ seperti mencegah diri (dari maksiat), serta tiada keutamaan seperti akhlak yang baik.” (HR. Ibnu Majah)

Wallahu a’lam bishawab.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: YouTube Islam Populer

Tags

Terkini

Terpopuler