Personil TNI Angkatan Darat yang Berangkat ke Papua Akan Mendapat Suntikan Uji Klinik Vaksin Malaria

26 Oktober 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi endemi malaria. /Unsplash/

LINGKAR MADIUN - Sebagai upaya melawan endemi malaria, pemerintah Indonesia melalui Eijkman Institute menggandeng Amerika Serikat (AS) untuk bekerja sama.

Eijkman Institute akan bekerja sama dengan Pusat Pembuatan Vaksin Malaria Sanaria di Amerika Serikat.

Bahkan kerja sama keduanya sudah masuk ke dalam tahap uji klinik tahap kedua yang akan dilakukan kepada ratusan personil TNI Angkatan Darat.

Baca Juga: Australia Mendapat Serangan Dahsyat dari Langit, Dihantam Butiran Es Seukuran Jeruk Bali! Begini Efeknya 

Ini merupakan uji klinik vaksin malaria pertama di dunia pada populasi yang unik, seperti tentara, karena mereka rata-rata memiliki latar belakang fisik yang sama.

Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU), dan Pusat Pembuatan Vaksin Malaria Sanaria.

AS siap melakukan uji klinik malaria pada sedikitnya 400 personel TNI Angkatan Darat yang akan dikirim ke Papua pada pertengahan 2022. Papua adalah salah satu daerah endemik malaria.

Baca Juga: Spoiler dan Link Baca Tokyo Revengers Chapter 228: Mengejutkan, Waka dan Benkei Kalah dari Terano South 

Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Voice of America, dijelaskan bahwa Tim PRBM Eijkman, EOCRU, dan Sanaria pada pekan lalu telah melangsungkan pertemuan di Maryland untuk membahas persiapan uji klinik pertama di dunia itu.

Diwawancarai di sela-sela pertemuan, Direktur Eijkman Prof. Dr. dr. Amin Soebandrio mengatakan bahwa pertemuan merupakan follow-up untuk persiapan pengujian kandidat vaksin malaria yang dikembangkan Sanaria.

"Ini merupakan uji klinik pertama di dunia pada pasukan yang akan dikirim ke daerah endemik malaria, yaitu di Papua," ungkap Amin.

Baca Juga: Cukup Seduh 1 Bahan Dapur Ini, Masalah Pencernaan Teratasi, Tukak Lambung Sembuh, Sehat Seumur Hidup 

"Kami akan pantau sejak mereka berangkat dan bertugas selama 6-9 bulan, hingga mereka kembali ke daerah semula yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali malaria, semua akan kami pantau. Ini membutuhkan persiapan yang luar biasa," tambahnya.

Perencanaan studi tentang vaksin malaria ini telah dilakukan sejak 2018, dan mendapat persetujuan etik dari Komite Etik FKUI pada 2019.

Persetujuan penggunaan vaksin untuk uji klinik tahap dua pada personel TNI Angkatan Darat juga telah diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga: 8 Sifat yang Harus Dimiliki Orang Tua Untuk Mendidik Anak Agar Saleh dan Shalihah, Praktikkan Setiap Hari! 

Namun merebaknya pandemi COVID-19 sempat menunda kajian tersebut. Tak ingin berhenti, tim PRBM Eijkman, EOCRU, dan Sanaria melanjutkan penelitian mereka pada Juni 2021.

Awal Oktober lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksin pertama untuk menangkal malaria yang disebut RTS, S, atau Mosquirix.

Vaksin yang telah dikembangkan selama 30 tahun dan menyelesaikan uji klinik skala besar ini dinilai signifikan untuk mengurangi malaria dan memperkuat sistem kekebalan terhadap Plasmodium falciparum, parasit malaria paling mematikan dan paling umum di Afrika.

Baca Juga: Mengejutkan! Air Perasan Jeruk Ini, Mengalahkan Suplemen Mahal, Ampuh Turunkan Asam Urat 

Namun menurut sejumlah pakar, vaksin ini kurang tepat untuk wilayah dengan keunikan geografis tertentu dan yang memiliki jenis parasit penyebab malaria yang berbeda dengan malaria yang ada di Indonesia. ***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler