LINGKAR MADIUN - Peristiwa huru-hara 1 Oktober 1965 membuat gempar banyak pihak.
Hura-hara termasuk dalam kontestasi politik di mana muncul dua nama besar waktu itu, yakni Soeharto dan Nasution.
Meskipun Soeharto telah menjadi man of the hour (orang paling penting) pada 1 Oktober, banyak perwira Angkatan Darat lainnya yang condong ke Nasution.
Baca Juga: Main Tetris Ternyata Bisa Obati Gangguan Mental PTSD, Berikut Ulasan Lengkapnya
Nasution diharapkan menjadi pemimpin oleh sebagian tentara untuk mengambil kendali dengan lebih tegas atas situasi yang berlangsung.
Namun Nasution nampak bimbang, yang kemudian membuat dukungan perlahan mulai menjauh darinya.
Alasan utama Nasution bimbang kemungkinan besar karena ia masih berduka atas putrinya, Ade Irma, yang meninggal pada 6 Oktober lalu.
Dalam beberapa minggu pertama setelah G30S, Nasution adalah orang yang terus-menerus melobi Soekarno agar Soeharto diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat.