Terkuak, Fakta Mengejutkan Dibalik Hari Pahlawan 10 November! Generasi Muda Wajib Tahu, Ini yang Terjadi

9 November 2021, 20:50 WIB
Ilustrasi Hari Pahlawan 10 November 2021 /Anasb/ /Anasb/

LINGKAR MADIUN- Hari Pahlawan ke-76 Tahun 2021 akan diperingati besok pada Rabu, 10 November 2021. Tema yang akan diambil pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini adalah ‘Pahlawanku Inspirasiku’.

Peringatan 10 November memang identik dengan peristiwa pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Baca Juga: Ternyata Whatsapp Vanessa Angel Mendadak Online Usia Kecelakaan Maut di Tol Jombang

Menelisik dari sejarah menjelang akhir tahun 1945, peristiwa 10 November diawali dengan perobekan Bendera Merah Putih Biru di atap Hotel Yamato pada 19 September.

Selanjutnya, Presiden Soekarno memerintahkan gencatan senjata pada 29 Oktober. Kemudian pertempuran kembali pecah pada 30 Oktober 1945. Saat itu, rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris.

Baca Juga: Mimpikan Vanessa Angel Datang dengan Pakaian Serba Hitam, Sahabat: Mukanya Kinclong Banget, Sumringah!

Pada pertempuran Surabaya,  jumlah kekuatan yang dibawa tentara sekutu sekitar 15.000 pasukan. Dalam pertempuran Surabaya itu pun, sekitar  6.000 rakyat Indonesia dinyatakan gugur. Pertempuran tersebut terjadi selama tiga minggu.

Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959. Pertempuran tersebut dipicu oleh sejumlah hal.

Baca Juga: 3 Manfaat Jarang Diketahui, Setelah Makan Raja Buah, Salah satunya Penurunan Nyeri Penyakit Kronis

Melansir dari buku Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempo 10 November karya Abdul Waid. 

Peristiwa tersebut bermula setelah terjadinya kekalahan pihak Jepang, yang kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.

Baca Juga: Heboh Paranormal Panggil Jin Qorin Vanessa Angel, Ungkap Gala Sky yang Selamat Dilindungi Cahaya Putih

Pada saat gerakan melucuti senjata Jepang, tentara Inggris mendarat di Jakarta pada 15 September 1945. Tentara Inggris tersebut mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945.

Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menginformasikan bahwa kedatangan tentara sekutu ke Surabaya tergabung dalam AFNEI atas keputusan dan nama Blok Sekutu.

Baca Juga: Makna Peristiwa 10 November Bagi Bangsa Indonesia, Generasi Muda Harus Mengetahuinya!

Kedatangannya bertujuan untuk mengembalikan pasukan Jepang yang telah kalah perang serta para orang asing yang ditawan pada jaman Jepang.

Menteri berpesan agar pemerintah daerah di Surabaya menerima baik dan membantu tugas tentara sekutu tersebut.

Namun, rakyat Surabaya tidak percaya begitu saja mengenai apa yang diinformasikan oleh Amir Syarifuddin.

Baca Juga: Kembali Terima Firasat Buruk, Indigo Peringatkan Potensi Tsunami Besar Menerjang! Singgung Wilayah Selatan

Bung Tomo termasuk orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat lewat Amir Syarifuddin.

Kecurigaan Bung Tomo bukan tanpa alasan, lantaran sebelum Kolonel P.J.G Huijer, selaku perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda yang datang pertama kali di Surabaya sebagai utusan Laksamana Pertama Patterson selaku Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi Angkatan Laut Kerajaan Belanda.

Baca Juga: Indigo Ramalkan Hal Ini Setelah Pandemi Covid-19 Musnah dari Bumi, Sebut Ada Wabah yang Jauh Lebih Mematikan

Di Surabaya, Huijjer menentang revolusi yang dikobarkan pejuang Indonesia. Sikap Huijjer ini memancing kemarahan para pejuang di Surabaya.

Huijjer ditangkap dan ditawan oleh aparat keamanan Indonesia di Kalisosok. Militer Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda.

Baca Juga: 3 Manfaat Jarang Diketahui, Setelah Makan Raja Buah, Salah satunya Penurunan Nyeri Penyakit Kronis

Nica ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal tersebut memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintah NICA.

Tak lama berselang setelah kapal Inggris merapat di Tanjung Perak, Surabaya. Dua orang perwira staf Mallaby selaku Komandan Kerajaan Inggris menemui Gubernur Soerjo.

Baca Juga: Sebelum Kecelakaan Maut Terjadi, Vanessa Angel Sempat Tuliskan Surat Ini untuk Anaknya: Doa Kami di Nadimu

Dua orang perwira staf Mallaby tersebut bermaksud mengajak Gubernur Soerjo dan seorang wakil BKR untuk melakukan perundingan. Namun ajakan tersebut ditolak oleh Gubernur Soerjo.

Drg Moestopo mendapat mandat pimpinan BKR untuk berunding dengan Inggris dan bertindak atas nama pemerintah Jawa Timur.

Baca Juga: Ternyata Whatsapp Vanessa Angel Mendadak Online Usia Kecelakaan Maut di Tol Jombang

Pertemuan Mallaby dengan Moestopo yang didampingi oleh dr Soegiri, Moh. Jasin pimpinan polisi istimewa serta Bung Tomo belum menghasilkan kesepakatan.

Bung Tomo adalah orang yang paling menolak semua keinginan Mallaby. Kemudian perundingan dilanjutkan pada 26 Oktober yang bertempat di Gedung Kayoon bekas Gedung Konsulat Inggris. Bung Tomo juga ikut dalam pertemuan tersebut.

Baca Juga: Heboh Paranormal Panggil Jin Qorin Vanessa Angel, Ungkap Gala Sky yang Selamat Dilindungi Cahaya Putih

Selain itu, hadir juga Residen Sudirman, Ketua KNI Doel Arnowo, Wali kota Radjamin Nasution dan HR Mohammad Mangondiprojo dari TKR.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dengan tentara sekutu yang dituangkan di dalam Kontact Bureau, bahwa yang akan dilucuti hanya tentara Jepang.

Baca Juga: Kembali Terima Firasat Buruk, Indigo Peringatkan Potensi Tsunami Besar Menerjang! Singgung Wilayah Selatan

Sedangkan pengawasan dipegang oleh tentara sekutu dan selanjutnya tentara Jepang itu akan dipindahkan ke luar Jawa. Namun, Bung Tomo tetap tidak percaya begit saja terhadap sekutu.

Selain itu, Inggris ternyata juga menduduki sejumlah tempat strategis di luar perjanjian, antara lain, di lapangan terbang Tanjung Perak, perusahaan listrik Gemblongan, kantor pos besar dan gedung studio radio di Simpangan.

Baca Juga: Orang dengan Kondisi Ini Sebaiknya Hindari Konsumsi Jagung, Segera Lakukan Sebelum Alami Hal Mengerikan

Tak hanya itu, Inggris juga menangkap Moestopo dan dipaksa menunjukkan di mana Kolonel PG Huijjer ditawan.

Pasukan Inggris juga menyerbu penjara Kalisosok dan membebaskan orang Belanda yang sempat ditawan pejuang kemerdekaan.

Tentara Inggris mulai menunjukkan ketidakpatuhan pada perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.

Baca Juga: 3 Manfaat Jarang Diketahui, Setelah Makan Raja Buah, Salah satunya Penurunan Nyeri Penyakit Kronis

Pada 27 Oktober, tentara Inggris menuntut dan mengancam semua rakyat Surabaya agar menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang kepada Inggris.

Bung Tomo, Residen Sudirman dan Moestopo memperingatkan Brigjen Mallaby bahwa tuntutan Inggris tersebut bertentangan dengan perjanjian yang telah disetujui sebelumnya.

Baca Juga: Heboh Paranormal Panggil Jin Qorin Vanessa Angel, Ungkap Gala Sky yang Selamat Dilindungi Cahaya Putih

Brigjen Mallaby tidak menghiraukan hal tersebut. Bahkan, Mallaby menuturkan, bahwa ia akan tunduk pada perintah atasan. Akhirnya suasana panas Surabaya mencapai puncaknya pada 28 Oktober 1945.

Bung Tomo mengadakan pertemuan antara sejumlah pimpinan pasukan BKR dan pimpinan Badan Perjuangan Bersenjata di Maskar Pertahanan JL. Mawar 10 yang menjadi markas dan sekaligus tempat Studio Pemberontakan Bung Tomo.

Baca Juga: Makna Peristiwa 10 November Bagi Bangsa Indonesia, Generasi Muda Harus Mengetahuinya!

Melalui siaran radio, Soemarsono mengumumkan rencana penyerangan terhadap tentara Inggris. Selama proses pertempuran pada 30 Oktober 1945 Brigjen Mallaby dinyatakan tewas.

Ia tewas ketika menumpangi mobil Buick yang hendak melewati Jembatan Merah dan dicegat para milisi Indonesia.

Baca Juga: Kembali Terima Firasat Buruk, Indigo Peringatkan Potensi Tsunami Besar Menerjang! Singgung Wilayah Selatan

Terjadilah baku tembak yang tidak bisa dihindari. Kematian Brigjen Mallaby tersebut menjadi awal mula terjadinya peperangan yang jauh lebih hebat dari sebelumnya.

Insiden tersebut memaksa Letnan Jenderal Christianson, Komandan pasukan sekutu di AFNEI memberikan peringatan keras terhadap Indonesia terutama pejuang yang ada di Surabaya.

Baca Juga: Mimpikan Vanessa Angel Datang dengan Pakaian Serba Hitam, Sahabat: Mukanya Kinclong Banget, Sumringah!

Letnan Jenderal Christianson mengirimkan seluruh divisi infanteri ke-5 lengkap dengan peralatan tank ke Surabaya di bawah pimpinan Mayor Jenderal Mansergh. Jumlah kekuatan yang dibawa sekitar 15 ribu pasukan.

Mansergh mengeluarkan ultimatum agar seluruh senjata di serahkan sebelum jam 06.00 WIB. Bahkan ultimatum tersebut juga menyebut dalam waktu satu hari,  Surabaya harus diserahkan kepada pihak Inggris.

Baca Juga: Kembali Terima Firasat Buruk, Indigo Peringatkan Potensi Tsunami Besar Menerjang! Singgung Wilayah Selatan

Ultimatum juga meminta orang-orang di Indonesia di Surabaya harus bertanggung jawab atas tewasnya Mallaby. Ultimatum disebarkan melalui udara ke seluruh kota.

Mansergh juga memberi peringatan keras jika anak-anak dan wanita harus sudah meninggalkan kota sebelum pukul 19.00 malam serta memberi ancaman. Bila ultimatum tidak dipatuhi oleh rakyat Surabaya, Inggris akan menyerang Surabaya pada  10 November dari darat, laut, dan udara.

Keluarnya ultimatum tersebut membuat para pemimpin Surabaya segera menghubungi pemerintah pusat di Jakarta.

Baca Juga: Orang dengan Kondisi Ini Sebaiknya Hindari Konsumsi Jagung, Segera Lakukan Sebelum Alami Hal Mengerikan

Para pemimpin Surabaya termasuk Bung Tomo meminta keputusan kepada Soekarno mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan ultimatum Mansergh.

Kali ini Jakarta hanya diam. Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebardjo hanya menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada seluruh rakyat Surabaya. Bung Tomo mengajak semua elemen di Surabaya untuk menyatukan tekad bulat.

Baca Juga: Makna Peristiwa 10 November Bagi Bangsa Indonesia, Generasi Muda Harus Mengetahuinya!

Oleh karena itu, pada jam 6 sore, elemen TKR dan pemuda menyatakan “Soempah Kebulatan Tekad”. Setelah diskusi panjang lebar, Bung Tomo mengusulkan agar dilakukan perlawanan terhadap pihak tentara sekutu.

Bung Tomo mengajak semua pihak di Surabaya  terlibat dalam perlawanan tersebut. Keputusan tersebut ditindak lanjuti oleh Gubernur Soerjo.

Baca Juga: Heboh Paranormal Panggil Jin Qorin Vanessa Angel, Ungkap Gala Sky yang Selamat Dilindungi Cahaya Putih

Pada pukul 23.00 WIB, Soerjo mengumumkan melalui siaran radio seluruh rakyat Surabaya akan melewati para tentara sekutu sampai mati.

Seruan pidato Bung Tomo lebih dari cukup untuk membakar semangat rakyat Surabaya melawan tentara sekutu.***

*Disclaimer: Artikel ini hanya sekedar informasi bagi pembaca. Lingkar Madiun tidak bertanggung jawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Youtube seribu fakta

Tags

Terkini

Terpopuler