PORTAL JEMBER melansir dari sebuah artikel yang dimuat ugm.ac.id yang isinya berupa penjelasan dari Gayatri mengenai gempa intraslab, yaitu gempa yang mekanismenya, memiliki pergerakan turun, yang terjadi akibat respons batuan terhadap gaya tarikan lempeng samudera ke bawah.
Tipe gempa seperti ini biasanya dapat dirasakan secara luas, mengakibatkan tidak terjadi gempa susulan, dan tidak menyebabkan tsunami karena tidak mengakibatkan perubahan dasar laut secara signifikan.
Baca Juga: Turunkan Resiko Kematian Akibat Covid-19, Inilah Manfaat Vitamin D
Selain gempa bumi tipe intraslab Gayatri juga menjelaskan gempa yang sering terjadi selatan laut jawa akibat sesar sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.
Gempa-gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur. Morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini mempengaruhi besarnya tekanan.
Adanya morfologi-morfologi tinggian yang menjadi 'ganjalan' dari proses subduksi yang terjadi itu menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan.
Energi yang tertahan ini kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yg ditandai oleh peristiwa gempa bumi. Seringnya gempa berskala kecil (M5-6) di daerah ini sebenarnya bisa jadi merupakan pertanda baik, bahwa energi yang tertahan dilepaskan secara bertahap.
Baca Juga: Wow, Inilah Harga Outfit BLACKPINK Saat Preskon The Album
“Akan tetapi, untuk mengetahui berapa sebenarnya energi yang masih tersimpan dan yang sudah dilepaskan, harus terus dilakukan penelitian secara seksama dan terus menerus,”urainya.
Melihat kondisi ini masyarakat diiimbau untuk tidak panik, mengikuti imbauan yang berwenang dan tidak termakan oleh isu-isu menyesatkan dari sumber yang tidak jelas.