Sejak 1908, Kramat Raya 106 telah dihuni oleh pemuda dan mahasiswa dari sekolah kedokteran School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) dan sekolah hukum Rechtsschool (RS).
Pada tahun 1925, anggota dari organisasi Jong Java mulai tinggal di rumah kos tersebut. Organisasi pemuda lainnya mulai mengikuti jejak Jong Java.
Baca Juga: Hendak Berwisata, Seorang Santri Tewas Terseret Air Terjun
Pada tahun 1926, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain mulai menghuni gedung tersebut. Mereka pun sering melakukan diskusi bersama.
Tempat ini pun menjadi wadah untuk Soekarno, Algemeene Studie Club dari Bandung, dan para pemuda lain yang tinggal di gedung untuk membicarakan format perjuangan. Selain digunakan sebagai tempat diskusi politik, gedung ini juga dipergunakan sebagai lokasi latihan kesenian Langen Siswo.
Diskusi-diskusi tersebut kemudian menumbuhkan keinginan untuk membentuk perhimpunan bersama. Terbentuklah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada September 1926, ldi gedung tersebut.
Baca Juga: Daftar Bantuan UMKM Facebook, Klik Link https://www.facebook.com/business/small-business/grants
PPPI menjadikan Kramat Raya 106 sebagai sekretariatnya. Tidak hanya itu, majalah terbitan PPPI, Indonesia Raja, juga berlokasi di rumah tinggal bersama tersebut.
Pemuda Indonesia melebur dan bersama-sama melakukan diskusi terkait kemerdekaan Indonesia di sana. Pada tahun 1927, gedung itu pun beralih nama menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw yang berarti gedung pertemuan.
Setelah peristiwa Kongres tersebut, gedung itu pun mulai beralih fungsi. Pada tahun 1934, gedung itu digunakan sebagai tempat tinggal oleh Pang Tjem Tjam. Ia tinggal di sana hingga tahun 1937.