Dibalik Pesona Gunung Lawu, Mitos Jalak Baik Hingga Jalak Buruk Bagi Pendaki, Simak Ulasannya

- 6 Desember 2020, 17:36 WIB
Pemandangan Gunung Lawu
Pemandangan Gunung Lawu /Instagram/@Lawumountain

Baca Juga: Presiden Jokowi Tunjuk Menko PMK Gantikan Mensos

Baca Juga: Cara Membuat Sambal Matah yang Mudah, Murah, dan Dijamin Cocok Dilidah

Mitos Gunung Lawu

Gunung Lawu seperti gunung-gunung lain di Indonesia diselimuti oleh mitos-mitos tradisional yang merupakan cerita turun-temurun. Konon menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit (1400 M), Raja Majapahit terakhir Brawijaya V mengasingkan diri ke gunung Lawu berserta pengikutnya bernama Sabdo Palon. Hati raja Majapahit masygul ketika putranya yaitu Raden Fatah tidak mau melanjutkan pemerintahan Majapahit. Sebaliknya sang Pangeran mendirikan kerajaan Islam di Demak dengan pusat pemerintahan di Glagah Wangi (Alun-alun Demak).

Raja Brawijaya V adalah pemeluk agama Budha ketika meminang Dara Petak (ibu dari Raden Fatah) putri Raja Campa pernah menyatakan masuk Islam sebagai syarat menikah. Dikisahkan saat itu Raja Brawijaya V juga bersedia masuk islam dan menjadi mualaf jika diizinkan menikahi Dara Petak yang saat itu sudah beragama Islam dan memakai kerudung.

Baca Juga: Gajian Sudah Tiba? Promo Bombastis Menanti di Shopee Gajian Sale!

Belakangan Prabu Brawijaya V tak sepenuh hati masuk Islam. Ia menjadi mualaf semata-mata karena ingin menikahi putri tersebut. Inilah yang membuat Syech Maulana Malik Ibrahim tidak suka. Akhirnya prabu Brawijaya V memang berhasil menikahi Dara Petak dan masuk Islam, pada sisi lain ia masih memeluk agama Budha dalam hatinya. Setelah menikah, para anggota kerajaan yang sudah beragama Islam berupaya membujuk raja agar masuk Islam yang sebenar-benarnya. Bahkan ratunya yang bernama Dara Jingga dan selir-selirnya yang lain pun ikut membujuknya namun selalu gagal.

Pada suatu hari Raja Brawijaya sangat sedih hatinya karena memiliki pemahaman yang berbeda dengan keluarganya. Suatu malam, raja tersebut bermeditasi memohon petunjuk pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam semedinya ia mendapatkan petunjuk jika kerajaan Majapahit sudah saatnya memudar kejayaannya dan “Wahyu Kedaton” akan di pindahkan ke Kerajaan Demak.

Singkat cerita , Prabu Brawijaya V memutuskan mundur dari dunia ramai dan menyepi ke puncak gunung Lawu bersama abdi setianya Ki Sabdo Palon. Saat berada di puncak Lawu mereka bertemu dengan dua kepala dusun setia, yaitu Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.

Baca Juga: 6 Tanda Tubuh Kamu Dipenuhi Energi Negatif, Jangan Abaikan!

Halaman:

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah