Mengejutkan! Tumpukan Hutang Indonesia Masuk Daftar 10 Besar Menurut Laporan Bank Dunia, Simak Ulasannya

3 Maret 2021, 15:55 WIB
Ilustrasi tumpukan uang koin /Pixabay/

LINGKAR MADIUN- Hingga akhir Desember tahun 2020 lalu, Kementerian Keuangan RI mencatat posisi hutang Indonesia mencapai Rp 6.074, 46 triliun, sehingga rasio hutang pemerintah terhadap PDB sebesar 38,68 %.

Secara nominal, hutang Indonesia mengalami peningkatan di bandingkan periode yang sama di tahun lalu. Dalam satu tahun, hutang Indonesia bertambah Rp 1.296,56 triliun dari akhir Desember 2019 yang tercatat sebesar Rp 4.778 triliun.

Hutang pemerintah Indonesia lebih didominasi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 85,96 % dan pinjaman sebesar 14,04 %. Secara rinci, hutang dari SBN tercatat sebesar Rp 5.221,65 triliun yang terdiri dari SBN Domestik sebesar Rp 4.025,62 triliun dan Valas sebesar Rp 1.196 triliun.

Baca Juga: Miris! Inilah yang Akan Terjadi Jika Indonesia Tak Mampu Bayar Hutang Negara

Sedangkan hutang melalui pinjaman tercatat sebesar Rp 852, 91 triliun, pinjaman tersebut berasal dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 11,97 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 840,94 triliun.

Adapun hutang dari pinjaman luar negeri terdiri dari pinjaman bilateral sebesar Rp 333,76 triliun, pinjaman multilateral sebesar Rp 464, 21 triliun, dan pinjaman commercial banks sebesar Rp 464,21 triliun.

Baca Juga: Presiden Prancis Macron Minta Iran Buat Gerakan yang Jelas Mengenai Kesepakatan Nuklir 2015

Bank Dunia pun membeberkan kondisi hutang negara-negara di dunia melalui laporan bertajuk International Debt Statistics (IDS) tahun 2021.

Laporan setebal 194 halaman tersebut merinci hutang negara-negara dunia hingga akhir tahun 2019 lalu mulai dari besaran total, sumber hutang, hingga rasio hutang.

Dalam laporannya Presiden Bank Dunia David Malpass menunjukkan bahwa setengah dari negara berpenghasilan rendah berada dalam posisi sulit dan beresiko tinggi terkait hutang di tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Terus Raih Hasil Positif, Manajer Manchester City :Tim Kami Termotivasi dari Liverpool pada Musim Kemarin

Laporan tersebut muncul ditengah pandemi, namun menggunakan data kondisi hutang sebelum banyak negara kian terpuruk akibat imbas dari hantaman badai pandemi Covid-19.

Indonesia pun tak luput dari perhatian, laporan Bank Dunia menyebutkan jika Indonesia termasuk ke dalam 10 negara berpendapatan kecil menengah dengan jumlah hutang luar negeri terbesar tahun 2019.

Tepatnya Indonesia berada pada posisi ke-6 dengan total Rp 5.907 triliun di tahun 2019 yang terdiri dari hutang jangka panjang sebesar USD 354,5 miliar dan jangka pendek sebesar USD 44,79 miliar.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Berikan Insentif Kendaraan Bermotor dan Perumahan, Simak Penjelasannya Disini!

Hutang Indonesia kembali naik pada tahun 2020, Bank Indonesia melaporkan hingga Agustus 2020 hutang luar negeri Indonesia meningkat menjadi USD 413, 4 miliar atau sekitar Rp 6.074 triliun.

Baik Menteri Keuangan Sri Mulyani maupun Dewan Gubernur Bank Indonesia dibeberapa kesempatan selalu menyampaikan jika hutang Indonesia berada pada posisi aman yakni 30 % dari PDB.

Baca Juga: Wajib Tau! Inilah 5 Makanan yang Sebaiknya Tidak Diapanaskan Kembali, Bisa Jadi Racun Bagi Tubuh

Namun, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memiliki pandangan yang berbeda, menurutnya hutang pemerintah telah berada pada lampu kuning.

Hal tersebut berdasarkan pertumbuhan hutang pemerintah meningkat secara signifikan sedangkan pertumbuhan ekonomi dan ekspor bergerak lambat.

Hutang pemerintah dalam setahun terakhir naik sebesar 10,5 % yang menjadi catatan kenaikan hutang tersebut tidak sebanding dengan adanya ekonomi yang dihasilkan maupun kinerja ekspor.

Pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1 % dan pertumbuhan ekspor sebesar 6,6 % lebih rendah dari naiknya hutang.

Bhima Yudhistira menyarankan terhadap pemerintah agar hutang pemerintah tidak semakin membengkak dan menjadi batu sandungan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Hutang pemerintah terus bertambah dari masa ke masa, mulai dari era orde lama, orde baru, hingga era reformasi.***

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: YouTube Pena Media data.worldbank.org

Tags

Terkini

Terpopuler