Heboh, Misteri Pidato Terakhir Presiden Soekarno Akan Datang Masa Berat Tahun yang Gawat Terbukti Nyata!

26 April 2021, 09:00 WIB
Profil Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno /Instagram/Potolawas

Lingkar Madiun- Lima puluh satu tahun sudah Indonesia kehilangan tokoh proklamasi Soekarno. Beliau adalah salah satu tokoh paling dihormati di dunia.

Presiden pertama Indonesia ini adalah tokoh yang bisa membius melalui pidatonya, banyak dari pidato Soekarno ternyata masih relevan dengan keadaan Indonesia sekarang,

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat Jasmerah adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.

Baca Juga: 5 Zodiak Ini Diramalkan Jadi Konglomerat di Bulan Mei 2021, Nasibnya Mujur Berdasarkan Ramalan Astrologi

Dalam pidatonya Presiden Soekarno menyebutkan:

“Bahwa kita menghadapi tahun yang gawat, perang saudara, dan seterusnya.

Menurut A. H. Nasution, Jasmerah adalah judul yang diberikan oleh Kesatuan Aksi terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno.

Presiden Soekarno sendiri memberi judul pidato itu dengan Karno mempertahankan garis politiknya yang berlaku "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah".

Baca Juga: 4 Jenis Minuman Ini Mampu Tingkatkan Konsentrasi, Air Putih Salah Satunya

Dalam pidato itu Presiden menyebutkan antara lain bahwa kita menghadapi tahun yang gawat, perang saudara, dan seterusnya. Suara lantangnya mampu membuat siapapun berhenti dari aktivitas yang dilakukannya dan fokus mendengarkan apa yang dikatakannya.

Beberapa judul pidato yang disampaikannya saat memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus di antaranya adalah Tujuh Belas Agustus (Jumat, 17 Agustus 1945), Sekali Merdeka Tetap Merdeka (Sabtu, 17 Agustus 1946), Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung (Minggu, 17 Agustus 1947), dan masih banyak pidato yang disampaikan Soekarno setiap kali peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Sampaikan Empati Atas Insiden KRI Nanggala-402,Wapres Ma'ruf Amin: Saya Sangat Prihatin

Pidato yang tidak pernah terlupakan adalah pidato terakhir Presiden Soekarno di masa jabatannya yaitu pidato peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-21. Pidato yang berjudul “Djangan Sekal-kali Melupakan Sejarah” disampaikan pada Rabu, 17 Agustus 1966.

Pidato Soekarno tersebut merupakan pidato terakhirnya sebagai presiden yang sering disingkat menjadi Jas Merah. Isi pidato ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah. Apapun yang telah kita capai di masa lampau adalah awal jalan apa yang akan kita capai di masa sekarang dan bekal nanti di masa depan.

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, untuk sekedar mencatat semua ucapan Presiden Soekarno adalah hal yang begitu mudah, namun alangkah susahnya menarasikan situasi, bahasa tubuh, serta semangat dalam setiap tekanan-tekanan kata yang diteriakannya.

Baca Juga: Raih Tiga Poin di Kandang West Ham, Thomas Tuchel Puji Timo Werner

Meski telah dibumbui beberapa keterangan untuk menjelaskan situasi atau betapa berapi-apinya pidato sang prokalamtor. Setelah dibaca ulang, tetap saja tak berhasil mendapatkan gambaran suasananya.

Berikut penggalan pidato Presiden Soekarno:

“Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa bahwa ia telah menuntun dan melindungi bangsa dan negara kita, hingga kita telah selamat sampai kepada hari yang berbahagia sekarang ini dan moga-moga Allah lindungannya dan tuntunannya itu tetap dikaruniakan kepada bangsa dan negara kita dalam memasuki tahun yang ke-22 dari kehidupannya dan selanjutnya lindungan dan tuntunan Tuhan itu sangat kita perlukan dan sangat kita mohonkan.”

“Sebab, tiada sesuatu berjalan selamat tanpa Ridho-Nya Tuhan yang Maha Kuasa dan masa depan yang akan kita masuki sudahlah menampakkan gejala-gejala yang menunjukkan akan datangnya masa yang lebih berat.”

Baca Juga: Cetak Asis Lawan Daejeon Hana Citizen, Asnawi Bantu Ansan Greeners Raih Kemenangan

Setelah bagian pidato tersebut dalam rekaman disebutkan seperti terlihat ada jeda, suara Presiden Soekarno pada bagian berikutnya adalah perihal Surat Perintah Sebelas Maret. Tanpa menurunkan intonasi suaranya Presiden Soekarno meneruskan pidatonya.

“Dikiranya SP1 Maret adalah suatu penyerahan pemerintahan, dikiranya SP Sebelas Maret itu satu transfer of terlihat kurang jelas transfer of Authority padahal tidak! SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengamanan, perintah pengamanan jalannya pemerintahan, pengamanan jalannya, demikian kataku pada waktu melantik kecuali itu, juga perintah pengamanan keselamatan pribadi presiden, perintah pengamanan wibawa presiden, perintah pengamanan ajaran presiden, perintah pengamanan beberapa hal.”

Presiden Soekarno berhenti sejenak lantas melanjutkan pidatonya dengan tekanan suara yang lebih tinggi.

Baca Juga: Setelah Kecelakaan Kapal Nanggala-402, Mbak You Ramalkan Ada Semburan Serupa Lumpur Lapindo yang Sangat Besar

“Dan Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik, saya mengucapkan terimakasih kepada Jenderal Soeharto akan hal ini.”

“Jiwa kita yang sedalam-dalamnya, maka pokok intisari mandat yang diterima dari MPRS adalah membangun bangsa nation-building dari kemerosotan zaman kolonial untuk dijadikan suatu bangsa yang berjiwa yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan atau bangsa yang merdeka dalam abad ke-20 ini, itulah intisari pokok dari mandat MPRS kepada saya.”

“Sesungguhnya toh bahwa membangun suatu negara membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan adalah pertama-tama pada tahap utamanya membangun jiwa bangsa.”

“Bukanlah demikian! Bukankah demikian! Tentu saja keahlian adalah perlu tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar tidak akan dapat mungkin mencapai tujuan, inilah perlunya sekali lagi mutlak perlunya nation and character building.”

Itulah isi penggalan pidato terakhir sang proklamator Soekarno, pidato Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-21 yang berjudul ‘Jangan sekali-kali melupakan sejarah’ disampaikan pada Rabu, 17 Agustus 1966 yang disebut masih relevan dengan keadaan saat ini.***

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Kepustakaan Presiden Perpusnas.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler