Ramalan Jayabaya Sebut Indonesia di Tahun 2021 Ada di Zaman Kesengsaraan: Korupsi dan Nepotisme Merajalela

20 Juli 2021, 14:00 WIB
Ramalan Prabu Jayabaya yang Terbukti Kebenarannya di Tahun 2021, Ada Pandemi dan Paceklik yang Mengerikan /

LINGKAR MADIUN - Dalam ramalan Jayabaya menyebutkan bahwa Tahun 2021 Indonesia mengalami zaman Kalabendu atau dapat diartikan sebagai zaman yang penuh kesengsaraan

Zaman kesengsaraan ini pernah diprediksi oleh Prabu Jayabaya, dan pujangga besar Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Baca Juga: Peramal Perancis Ungkap Ada Bencana Besar di Tanah Amerika Hingga Tersulutnya Perang Dunia 3 di Tahun 2021

Fitnah menyebar dimana-mana, keluarga terpecah belah, kehidupan susah, kolusi, korupsi dan nepotisme merajalela, dan para pemimpin kehilangan wibawa.

Bisa dilihat dari ciri-ciri tersebut maka , tak heran jika banyak orang yang menilai saat ini Indonesia memasuki zaman itu. Masa transisi dari zaman keburukan menuju zaman yang baik. Dari zaman Kalabendu menuju zaman Kalasuba.

Dalam ramalan Jayabaya, Prabu Jayabaya menyebut zaman Kalabendu mempunyai enam ciri :

Baca Juga: Kabar Baik setelah 14 Hari Pelaksanaan PPKM Darurat, Simak Ulasan Selengkapnya

1. Kehidupan masyarakat sangat sulit, semua serba mahal.

2. Banyak bapak lupa anaknya, dan keluarga bercerai berai. 

3. Banyak orang yang berkhianat, termasuk kepada kawan sendiri.

Baca Juga: Diprediksi Perang Dunia 3 Akan Pecah, Inilah 5 Negara yang Paling Aman Untuk Berlindung, Adakah Indonesia?

4. Orang yang bicara ngawur (sedang) berkuasa. Modalnya berani bersuara lantang. 

5. Orang yang berkuasa jahat, dan rakyat kecil kian terpencil. 

6. Para pemimpin mengangkat kawan-kawan sendiri dengan cara yang tidak adil.

Sedangkan dalam Serat Centini  Ranggawarsita menyebut zaman Kalabendu sebagai suatu masa dimana:

Baca Juga: Nama Ganjar Pranowo Ternyata Masuk Dalam Ramalan Jayabaya Kitab Notonogoro, Benarkah Akan Jadi Presiden 2024?

1. Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.

Artinya, para pemimpinnya jahil. Kalau berbicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.

2. Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata,akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyasenalangsa.

Baca Juga: Ahli Tarot Sebut Ramalan Roy Kiyoshi Soal Waktu Kematiannya Akan Meleset dan Ungkap Prediksinya, Simak Disini

Artinya, tidak ada rasa rindu kepada teman dan saudara, tidak pernah memberi kabar berita. Jumlah orang miskin semakin banyak, dan kehidupannya semakin menderita.

3. Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga. 

Artinya, banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.

Baca Juga: Lebih Ampuh Daripada Susu Beruang, Inilah Cara Efektif Obati Covid-19 saat Isolasi Mandiri Selama di Rumah

4. Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.  

Artinya, alampun rusak, banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.

5. Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya tentang Kelumpuhan Dunia Terjadi di Tahun Kembar Menjadi Kenyataan, Begini Isi Ramalannya

Artinya, terjadi prahara besar dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan, tidak ada rasa tenteram dihati.

6. Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.

Artinya, negara kehilangan wibawa , semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.

Baca Juga: Paranormal Ini Ungkap Kondisi Indonesia Akan Berangsur Membaik di Tahun 2022: Perekonomian Lambat Laun Pulih

7. Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.

Artinya, para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah  dan  kesulitan.

8. Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pranayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak.

Artinya, para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler