Lingkar Madiun- Raden Ajeng Kartini adalah cermin perjuangan sulit kaum perempuan di awal abad ke-20. Dimana saat itu harkat perempuan terperosok di sumur, dapur, dan kasur, batin Kartini menjadi gelisah.
Kartini lalu mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia. Hal berharga yang bisa dipetik dari Kartini adalah 150 suratnya kepada J.H Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela Mandri.
Baca Juga: Jalankan Konsep Smart City, Walikota Maidi : Akan Dikombinasikan dengan Penanganan Covid-19
Surat-surat Kartini juga ditujukan kepada para sahabat penannya yang sebagian besar orang Belanda. Sahabat pena pertamanya adalah Stella M. Zeehandelaar yaitu seorang anggota militan pergerakan feminis di Belanda. “Panggil aku Kartini saja” begitu tulis Kartini dalam surat perkenalannya kepada perempuan Belanda tersebut.
Sahabat pena kartini yang lain adalah Nyonya M.C.E. Ovink, istri asisten residen yang pernah bertugas di Jepara. Serta Dr. N. Adriani, ahli bahasa yang gemar surat-menyurat.
Baca Juga: Suporter Liverpool Gelar Aksi Protes European Super League di Depan Anfield
Dari surat-suratnya terlihat Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-semata soal emansipasi perempuan, namun juga terkait masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Dari kalimat-kalimat di suratnya, terasa juga betapa sahabat penannya Rosa Abendanon telah memberi pengaruh besar terhadap pemikiran Kartini.
Baca Juga: Menurut Penelitian Inilah Manfaat Puasa Bagi Penderita Diabetes Sangat Efektif