Lingkar Madiun- Misteri kepastian bagaimana Raden Ajeng Kartini meninggal dunia memang menjadi pertanyaan banyak sejarawan.
Sepuluh hari sebelum meninggal dunia, pada 7 September 1904 Kartini menulis surat yang berisikan ucapan terima kasih kepada Nyonya Abendanon atas baju yang dikirimkannya untuk anak Kartini yang akan lahir. Ketika itu ia sedang hamil tua.
Enam hari kemudian Kartini melahirkan putra tunggalnya yang bernama Raden Mas (RM) Soesalit. Saat besar, putra Kartini tersebut terjun di ketentaraan hingga memperoleh pangkat mayor jenderal. Namun, karena rasionalisasi TNI pada tahun 1948 pangkatnya menjadi diturunkan menjadi kolonel.
Baca Juga: Tolak European Super League, UEFA dan FIFA Akan Beri Hukuman Pada Klub yang Main di Sana
Menurut catatan Sitiosemandari saat Kartini melahirkan RM Soesalit pada 13 September 1904, kondisi Kartini terlihat baik-baik saja.
Kemudian, pada tanggal 17 September, dr van Ravesteyn yaitu dokter yang menangani persalinan Kartini datang lagi untuk memeriksa kembali kondisi Kartini dan dia tidak mengkhawatirkan keadaan Kartini.
Bahkan, dr van Ravesteyn dan Kartini sempat bersama-sama minum anggur untuk keselamatan ibu dan bayi.
Namun, tidak lama setelah dr van Ravesteyn meninggalkan kabupaten, Kartini tiba-tiba mengeluh sakit dalam perutnya. Dr van Ravesteyn yang sedang berkunjung ke rumah pasien lainnya, cepat-cepat datang kembali ke kabupaten.