LINGKAR MADIUN - Dalam ramalan Jayabaya menyebutkan bahwa Tahun 2021 Indonesia mengalami zaman Kalabendu atau dapat diartikan sebagai zaman yang penuh kesengsaraan
Zaman kesengsaraan ini pernah diprediksi oleh Prabu Jayabaya, dan pujangga besar Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita.
Fitnah menyebar dimana-mana, keluarga terpecah belah, kehidupan susah, kolusi, korupsi dan nepotisme merajalela, dan para pemimpin kehilangan wibawa.
Bisa dilihat dari ciri-ciri tersebut maka , tak heran jika banyak orang yang menilai saat ini Indonesia memasuki zaman itu. Masa transisi dari zaman keburukan menuju zaman yang baik. Dari zaman Kalabendu menuju zaman Kalasuba.
Dalam ramalan Jayabaya, Prabu Jayabaya menyebut zaman Kalabendu mempunyai enam ciri :
Baca Juga: Kabar Baik setelah 14 Hari Pelaksanaan PPKM Darurat, Simak Ulasan Selengkapnya
1. Kehidupan masyarakat sangat sulit, semua serba mahal.
2. Banyak bapak lupa anaknya, dan keluarga bercerai berai.
3. Banyak orang yang berkhianat, termasuk kepada kawan sendiri.
4. Orang yang bicara ngawur (sedang) berkuasa. Modalnya berani bersuara lantang.
5. Orang yang berkuasa jahat, dan rakyat kecil kian terpencil.
6. Para pemimpin mengangkat kawan-kawan sendiri dengan cara yang tidak adil.
Sedangkan dalam Serat Centini Ranggawarsita menyebut zaman Kalabendu sebagai suatu masa dimana:
1. Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.
Artinya, para pemimpinnya jahil. Kalau berbicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.
2. Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata,akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyasenalangsa.
Artinya, tidak ada rasa rindu kepada teman dan saudara, tidak pernah memberi kabar berita. Jumlah orang miskin semakin banyak, dan kehidupannya semakin menderita.
3. Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.
Artinya, banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.
4. Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.
Artinya, alampun rusak, banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.
5. Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.
Artinya, terjadi prahara besar dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan, tidak ada rasa tenteram dihati.
6. Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.
Artinya, negara kehilangan wibawa , semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.
7. Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.
Artinya, para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah dan kesulitan.
8. Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pranayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak.
Artinya, para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.***