Inilah Pesan Terakhir Korban Penusukan di Gereja Prancis

31 Oktober 2020, 19:56 WIB
ilustrasi ibu dan anak/pexels /

LINGKAR MADIUN - Usai kejadian memilukan di gereja Prancis yang menewaskan tiga orang salah satunya seorang ibu asal Brasil meninggal bak seorang pahlawan usai mengalami luka parah karena melawan teroris di Nice, Prancis.

Meski terluka parah ia masih memberikan peringatan kepada penduduk sekitar terkait aksi teror tersebut, hal ini dijelaskan oleh keluarga dan kerabatnya.

Ibu asal Brasil ini bernama Simone Barreto Silva (44), seorang penari samba kelahiran Brasil yang beralih profesi menjadi perawat lansia di Prancis.

Baca Juga: China Tuding Amerika Intervensi Urusan Dalam Negeri Negara Lain

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dalam artikel "Pesan Terakhir Seorang Ibu Korban Aksi Teror Gereja di Nice: Beritahu Anak-anak Saya Cinta Mereka" dan dari laman Daily Mail, Silva berhasil melarikan diri dari Gereja Notre Dame meski ditikam beberapa kali oleh pelaku teror.

Baca Juga: China Tuding Amerika Intervensi Urusan Dalam Negeri Negara Lain

Silva kemudian melarikan diri ke restoran terdekat untuk mencari bantuan, tetapi nyawanya tidak bisa terselamatkan akibat luka yang cukup parah.

Saat dievakuasi oleh tim medis, Silva mengatakan pesan-pesan terakhir untuk ketiga anaknya. "Beri tahu anak-anak saya bahwa saya mencintai mereka," ujar Silva kepada tim medis.

Brahim Jelloule, manajer Unik Cafe di seberang gereja membenarkan bahwa Silva melarikan diri ke tempat miliknya. "Dia menyeberang jalan, berlumuran darah," ungkap Jelloule.

Setelah itu Jelloule mengatakan bahwa dengan luka di sekujur tubuhnya, Silva masih bisa berbicara dan memperingatkan orang lain tentang aksi teror tersebut.

Baca Juga: Viral, Foto Anjing dalam Gempa Turki, Ternyata Begini Faktanya

"Dia masih berbicara, dia mengatakan bahwa ada seseorang di dalam (gereja)," tuturnya. Silva disebut sebagai korban ketiga dari aksi teror militan Tunisia bernama Brahim Aouissaou.

Aouissaou sebelumnya membunuh pekerja gereja berusia 54 tahun, Vincent Loques serta memenggal kepala seorang wanita berusia 60 tahun.

Beberapa saat setelah kejadian itu, keluarga Silva memberi penghormatan kepadanya. Mereka mengatakan keberanian sang penari telah mencegah lebih banyak kematian.

Adiknya, Solange Barreto menyebut Silva pergi ke gereja tersebut sebelum ke tempat ia bekerja.

Baca Juga: Meski Saat Ini Memanas, Beginilah Sejarah Turki dan Prancis di Masa Lalu

"Adik saya sedang dalam perjalanan ke kantor, ketika dia melewati gereja ia terlebih dahulu membaca doanya," imbuh Solange.

Anderson Argolo, seorang pendeta yang mengenal Silva mengatakan kepada surat kabar setempat bahwa korban merupakan orang yang baik hati dan ia meninggal seperti seorang pahlawan.

"Meskipun terluka, dia berlari dan bisa membunyikan alarm untuk memperingatkan orang lain, agar mencegah tragedi yang lebih besar," tutur Argolo.

Baca Juga: China Tuding Amerika Intervensi Urusan Dalam Negeri Negara Lain

Diketahui Silva pindah ke Prancis dari Bahia, Brasil saat dirinya masih remaja. Dia kemudian masuk Universitas Nice Sophia Antipolis, sebelum mengikuti pelatihan menjadi koki di sebuah hotel.

Baca Juga: Rekomendasi Tanaman Hias Bunga Gantung Cantik dan Tahan Panas

Temannya, Jorge Bezerra mengatakan bahwa Silva pernah memperlihatkan keahlian menari sambanya di pertunjukan Brasil Tropical, sebuah kabaret Brasil di Paris.***(Sarah Nurul Fatia, Pikiran Rakyat)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler