Keluarga Pelaku Penikaman di Prancis Minta Keadilan: Kami Muslim Melawan Terorisme, Kami Miskin

31 Oktober 2020, 20:32 WIB
Wali Kota Nice Christian Estrosi berbincang dengan aparat kepolisian di lokasi penusukan yang menewaskan 3 orang di dekat Gereja Notre-Dame, Nice, Prancis. /Instagram/@cestrosi

LINGKAR MADIUN - Para penyelidik di Prancis, Tunisia, dan Italia sedang mencoba untuk menentukan motif tersangka utama Ibrahim Issaoui  pelaku penikaman di Basilika Notre Dame Nice, Prancis, pada Kamis, 29 Oktober 2020.

Meski serangan itu  terjadi di tengah meningkatnya ketegangan seputar karikatu  yang diterbitkan oleh sebuah surat kabar Prancis yang mengejek Nabi Muhammad, pihak berwenang belum bisa menentukan motifnya.

Melansir The Indian Expres, hingga berita ini ditulis, penyidik telah menangkap tiga terduga pelaku penyerangan di Gereja Prancis itu, termasuk Ibrahim Issaoui.

Baca Juga: Hari Oeang RI ke-74 Tahun, Menkeu Tegaskan Akan Berfokus Pada Pemulihan Ekonomi Masyarakat

Baca Juga: Presiden Prancis Macron Dikecam Keras Presiden Jokowi Hina Umat Islam, Begini Pernyataannya

Di sisi lain, keluarga Ibrahim Issaoui merasa ada kejanggalan atas penangkapan terhadap Issoui. Mereka menuntut untuk melihat rekaman video saat peristiwa itu terjadi..

Terlebih ketika seorang pria berusia 35 tahun ditangkap. Pria itu bertemu Issaoui pada malam sebelum serangan itu terjadi. Jumlah tersangka yang ditahan menjadi tiga. Hubungan mereka dengan serangan itu masih belum jelas.

Baca Juga: Inilah Pesan Terakhir Korban Penusukan di Gereja Prancis

Sebuah kelompok ekstremis Tunisia yang sebelumnya tidak dikenal mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Mengenai klaim itu pihak otoritas Tunisia dan Prancis sedang menyelidiki apakah klaim tersebut sah.

Sementara, di kampung halaman Issaoui di Sfax, Tunisia, keluarganya menyatakan keterkejutan dan memohon perdamaian.

Baca Juga: Mengejutkan, Patung Lilin Donald Trump diletakkan di Tempat Sampah

Tetapi mereka juga mengungkapkan kebingungan. Sebab mereka mengenal Issaoui adalah pemuda yang minum alkohol dan tidak menunjukkan tanda-tanda radikalisme.

“Kami ingin kebenaran tentang bagaimana putra saya melakukan serangan teroris ini. Saya ingin melihat apa yang ditunjukkan oleh kamera pengintai. Saya tidak akan menyerahkan hak anak saya di luar negeri. Saya ingin anak saya, hidup atau mati, ”kata ibunya diselingi air mata, Gamra, kepada The Associated Press.

Baca Juga: Gempa dan Tsunami Turki-Yunani, Korban Tewas 27 Orang dan 800 Luka-luka

Saudara laki-lakinya Wissem berkata bahwa jika Issaoui benar-benar melakukan penyerangan, dia harus mendapat keadilan.

Kami Muslim, kami melawan terorisme, kami miskin. Tunjukkan pada saya bahwa saudara laki-laki saya yang melakukan penyerangan dan menilainya sebagai teroris, ”kata Wissem.

Baca Juga: China Tuding Amerika Intervensi Urusan Dalam Negeri Negara Lain

"Jika dia adalah penyerang, dia akan mengambil tanggung jawabnya." Di Jalan Tina yang berdebu di lingkungan Nasr di Sfax, teman dan tetangganya menggambarkan Issaoui sebagai seorang pria yang menjual bensin.

Meskipun tidak kelaparan atau tunawisma, dia miskin seperti banyak orang di daerah itu, kemiskinan yang mendorong semakin banyak orang muda Tunisia untuk mencari pekerjaan dan kesempatan di Eropa.

Baca Juga: Siapa yang Belum atau Kangen dengan Sherina Munaf di 'Petualangan Sherina'? Tonton di 2 Platform ini

Perjalanan Ibrahim Issaoui ke Prancis terlebih dahulu transit di Italia. Oleh karena itu, Italia ikut terlibat menangani kasus tersebut.

Menteri Dalam Negeri Italia, Luciana Lamorgese, mengatakan kepada AP bahwa pusat repatriasi Italia yang terbebani tidak memiliki tempat untuknya, meskipun ada perjanjian dengan Tunisia yang mengatur pemulangan warga yang tidak memenuhi syarat untuk suaka di Italia.

Baca Juga: Tak Ingin Babak Belur Seperti Prancis, Rusia Tak Akan Edarkan Majalah Satir Seperti Charlie Hebdo

“Jelas, kami mendahulukan orang-orang yang diberi tanda oleh penegak hukum atau oleh otoritas Tunisia,” kata Lamorgese. "Jumlah tempat tidak terbatas, dan karena itu dia tidak dapat ditempatkan di dalam pusat repatriasi."***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Indian Express

Tags

Terkini

Terpopuler