Unjuk Rasa Anti Pemerintah di Thailand Berakhir Ricuh

- 15 Oktober 2020, 21:02 WIB
Karena Rajanya Suka Main Perempuan, Rakyat Murka Hendak Gulingkan Kerajaan Thailand /Adam Dean for The New York Times
Karena Rajanya Suka Main Perempuan, Rakyat Murka Hendak Gulingkan Kerajaan Thailand /Adam Dean for The New York Times /

Lingkar Madiun - Unjuk rasa tidak hanya di Indonesia, kali ini ribuan pengunjuk rasa menyerbu Gedung Pemerintah di Bangkok Thailand

Masyarakat anti pemerintah di Thailand bergabung dalam pawai yang bergerak menuntut agar Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur dan penyusunan konstitusi baru.

Dilansir oleh Semarangku dalam artikel "Terjadi Bentrokan Massa Pro dan Kontra dalam Unjuk Rasa Anti Pemerintah di Thailand" dan dari Al Jazeera pada Rabu, 14 Oktober 2020, demonstrasi pada hari Rabu ini merupakan yang terakhir dalam tiga bulan terakhir yang dinilai telah memberikan tekanan terbesar selama bertahun-tahun pada pembentukan konstitusi yang telah lama didominasi oleh tentara dan istana.

Baca Juga: Bikin Ngakak, Inilah 5 Rekomendasi K-drama Komedi Romantis Terbaik

Dengan meneriakkan “Turunkan kediktatoran. Hidup demokrasi,” para demonstran bergerak meninggalkan Monumen Demokrasi, tempat mereka berkumpul dan berhadap-hadapan dengan ribuan massa berpakaian kuning yang pro pemerintahan monarki Thailand.

Bentrokan dalam demontrasi ini terjadi antara pengunjuk rasa pro demokrasi dan pendukung monarki Thailand.

Tidak jelas pihak mana yang memulai bentrokan tersebut, namun kedua belah pihak saling memukul dan melempar botol plastik saat polisi berusaha memisahkan mereka.

Baca Juga: Rekomendasi Aloe Vera Gel Terbaik Dibawah Rp 30 Ribu

Sebelumnya, ratusan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi, pengunjuk rasa melemparkan cat biru ke petugas dan meneriaki iring-iringan kerajaan Raja Maha Vajiralongkorn setelah 21 demonstran ditangkap.

Para pengunjuk rasa juga menyerukan tuntutan pembatasan kekuasaan monarki, melanggar aturan lama untuk tidak mengkritik keluarga kerajaan. Aturan setempat yang masih dipatuhi oleh banyak orang di negara tersebut.

Scott Heidler dari Al Jazeera melaporkan dari Bangkok bahwa polisi telah menempatkan bus di seberang jalan dan barisan polisi dan mencegah para demonstran untuk mendekat ke istana pemerintah. Pihak kepolisian setempat hanya mengizinkan mereka melakukan protes di Monumen Demokrasi.

Baca Juga: Sukses Bintangi Film Parasite, Jo Yeo Jeong Siap Comeback dalam Drama Terbarunya

Pemimpin kerajaan Buddha, Issara mengatakan bahwa para pengunjuk rasa dapat menuntut demokrasi, tetapi tidak boleh menyerukan reformasi monarki sebagaimana yang telah disuarakan oleh beberapa orang.

"Mereka tidak boleh menyentuh institusi," sebutnya kepada wartawan.

Para pengunjuk rasa membuat tantangan langsung yang langka kepada raja pada hari Selasa, dengan meneriakkan tuntutan pada rombongan konvoi kerajaan yang lewat setelah 21 aktivis ditangkap selama bentrok dengan polisi sebelumnya.***(Bakrisal Rospa, Semarangku PRMN)

Editor: Aisyah Rahmatul Fajrin

Sumber: Al Jazeera Semarangku (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah