Network
LINGKAR MADIUN- Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020, membuat para pendukung dari partai Republik dan Demokrat bersitegang. Kehebohan terjadi, mulai dari deklarasi palsu kemenangan Presiden Donald Trump yang berhasil mengguncang pendukung Joe Biden.
Dilansir dari PR PANGANDARAN dalam artikel "Pasca Pilpres AS 'Skenario Kiamat' yang Ditakutkan Mulai Terjadi, Trump Disebut Tolak Akui Kekalahan". Pendukung Biden mengungkapkan kekhawatiran yang meningkat usai menyadari petahana Partai Republik tidak akan menerima hasil pemilihan jika dia kalah.
Saat ini tampak bahwa suara Biden memimpin, hal ini membuat pendukung Trump menggemakan tuduhannya yang tidak berdasar. Mereka menyebut penipuan besar terjadi saat penghitungan suara.
“Penipuan pemilu merajalela,” kata pemilih Trump Jimmie Boyd, 48, seorang aktivis hak senjata di Carolina Utara yang memiliki hubungan dengan kelompok milisi lokal.
Boyd mengatakan dia khawatir "sayap kiri" dapat "menghancurkan seluruh kota", sementara pengunjuk rasa di sebelah kanan akan dianggap sebagai "orang aneh yang rasis dan fobia".
Baca Juga: Rekomendasi BPPTKG Atas Peningkatan Status Gunung Merapi dari Level Waspada Menjadi Level Siaga
Anna Drallios, seorang pemilih Biden yang berimigrasi ke Amerika Serikat dari Albania pada tahun 1967, mengatakan bahwa Trump mempertanyakan keabsahan proses pemilihan dan menuntut penghentian penghitungan suara.
“Saya berasal dari negara komunis, dan saya tahu bagaimana rasanya tidak memiliki suara,” kata Drallios, salah satu dari beberapa pengunjuk rasa di Harrisburg, ibu kota Pennsylvania, sambil meneriakkan, “Hitung suara kami".
"Jika kami membiarkan suara kami dicuri dari kami, kami menuju kediktatoran, menuju penindasan," tambahnya, seperti dihimpun wartawan Reuters.
