Inilah Masjid yang Dibuat Oleh Rasulullah SAW Namun Jadi Tempat Coretan Pengunjung! Simak Kisahnya

16 Maret 2021, 20:56 WIB
Ilustrasi sebuah masjid ditengah kota /Pexels/

LINGKAR MADIUN- Ada banyak objek wisata ketika kita berkunjung ke Tanah Suci Mekah. Salah satunya Masjid Hudaibiyah yang sangat bersejarah.

Masjid yang dibangun langsung oleh Rasulullah SAW tersebut menjadi tempat yang ramai dikunjungi jamaah dari banyak negara termasuk Indonesia 

Hudaibiyah merupakan salah satu kota di Mekah yang menjadi tempat miqat para jemaah haji dan umrah. Kota tersebut berada sekitar 26 km dari Masjidil Haram. 

Baca Juga: Tak Ada Larangan Mudik Lebaran 2021, Kemenhub - Satgas Covid-19 Lakukan Antisipasi Lonjakan Penumpang

Nama Hudaibiyah sendiri diambil dari nama telaga yang juga disebut dengan telaga Asy-Syumaisi. Hudaibiyah menjadi pintu masuk umat muslim menaklukan kota Mekah.

Di Hudaibiyah inilah Rasulullah SAW dan kaum Quraisy Mekah membuat perjanjian untuk tidak saling menyerang.

Dari sinilah membuka peluang Rasulullah SAW mengislamkan penduduk kota Mekah, kisah tersebut terjadi pada bulan Dzulqaudah tahun 6 hijriyah, dimana saat umat Isma Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansor berencana menunaikan umrah.

Keputusan menunaikan umrah di Mekah diawali dari mimpi Rasulullah SAW. Mimpi tersebut bahkan dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Baca Juga: Memiliki Efek Seperti Botox, Inilah Perawatan Sederhana di Rumah Agar Anda Terlihat Lebih Muda Secara Alami

 

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath)

Baca Juga: Man City Dapat Predikat Pertahanan Terbaik Liga Premier, Pep Guardiola : Masih Banyak Kejutan di Liga Champion

 

Setelah mendapat wahyu dari Allah SWT. Rasulullah SAW kemudian memerintahkan umat Islam Madinah bersiap-siap berangkat di Mekah untuk melakukan umrah. Perjalanan umat Rasulullah SAW dari Madinah ke Mekah sama sekali bukan untuk menentang kaum Quraisy.

Namun, ketika rombongan Rasulullah SAW sampai di Asfan yang merupakan salah satu wilayah di Mekah mereka di datangi oleh seseorang. Orang tersebut mengabarkan bahwa kaum Quraisy menyiapkan suatu pasukan untuk berperang.

Mendapat informasi tersebut, Rasulullah SAW mencoba menghindari pertumpahan darah. Rasulullah SAW kemudian berkomunikasi secara baik-baik. Lalu, Rasulullah SAW mengutus Utsman bin Affan untuk berunding dengan kaum Quraisy.

Baca Juga: Update Virus Covid-19 di Kota Madiun : Bertambah 12 Kasus Positif, 5 Kelurahan Sudah Berzona Hijau

Namun ternyata, Utsman pun disandera. Kabar tersebut membuat kaum muslimin bersumpah untuk memerangi kaum kafir Quraisy sampai titik darah penghabisan.

Sumpah tersebut rupanya membuat kaum Quraisy takut dan akhirnya melepaskan Ustman bin Affan. Bahkan kaum Quraisy akhirnya bersedia berunding. Sehingga Rasulullah SAW mengirim Suhail bin Amr sebagai utusan.

Baca Juga: Dirilis 12 Tahun Lalu, Video Klip Lagu ‘Nobody’ Milik Wonder Girls Akhirnya Berhasil Mencapai 100 Juta Views

Dalam perundingan tersebut kedua pihak mencapai beberapa kesepakatan yang kemudian disebut sebagai perjanjian Hudaibiyah. Isi perjanjian tersebut antara lain:

  1. Kaum muslimin bersedia menunda umrah ke baitullah dalam setahun. Saat umrah dilakukan, kaum muslimin hanya diperbolehkan membawa senjata yang biasa dibawa oleh seorang musafir yaitu sebilah tombak dan sebilah pedang yang disarungkan.
  2. Kedua belah pihak sepakat melakukan perdamaian melalui gencatan senjata selama 10 tahun.
  3. Apabila kaum muslimin datang ke Mekah, pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan orang tersebut ke Madinah. Sedangkan jika penduduk Mekah datang kepada Rasulullah SAW di Madinah, maka kaum muslimin harus mengembalaikan orang tersebut ke Mekah.

 

Baca Juga: Persiapkan Penyelenggaraan PON XX Papua, Pemerintah Belajar dari Olimpiade Tokyo

Perjanjian Hudaibiyah memang merugikan kaum muslimin. Namun, dari perjanjian tersebut Rasulullah SAW dapat mengembangkan dakwah ke Hudaibiyah. Selama masa gencatan senjata Rasulullah bisa melakukan dakwah dengan leluasa.

Dari peristiwa tersebut Rasulullah SAW membangun masjid di kota Hudaibiyah. Masjid tersebut dibangun tepat di lokasi penandatanganan perjanjian damai dengan orang kafir Mekah pada tahun 6 Hijriyah (628 Masehi).

Masjid Hudaibiyah yang terletak tidak jauh dari Masjidil Haram menjadi objek wisata religi. Lokasi miqat di masjid Hudaibiyah sangatlah bersahaja, kecil, dan hanya mampu menampung rombongan kecil jemaah saja. Terlihat sederhana memang namun berjuta makna.

Saat ini bangunan masjid Hudaibiyah masih tetap ada namun tidaklah utuh dan berusia sekitar 1400 tahun.

Masjid tersebut menyisakan dinding-dindingnya dari batu gunung tanpa atap tersisa tinggal puing-puing saja.

Baca Juga: Update Covid-19 Selasa, 16 Maret 2021, Indonesia Peringkat-1 Asia Tenggara dengan Penambahan Kasus Baru 5.414

Sedangkan unsur mihrab masjid justru masih utuh dan dapat dilihat sampai sekarang. Masjid tua tersebut tidak lagi dipakai semenjak dibangunnya masjid baru.

Puing-puing masjid yang masih tersisa memiliki arti penting sekaligus sebagai saksi-saksi diselenggarakannya perjanjian dengan kaum musyirikn Mekah.

Sumpah setia para sahabat untuk Rasulullah SAW tetap dikenang dengan sebutan ‘Bai’aturrridhwan’ di masjid Hudaibiyah yang dibangun Rasulullah SAW sekaligus saksi bisu perjanjian Hudaibiyah. Kini masjid Hudaibiyah menjadi objek wisata jemaah umrah dan haji yang berasal dari Indonesia.

Masjid Hudaibiyah dibuka karena menyimpan catata sejarah yang teramat penting. Sebab masid tersebut dibangin dilokasi yang melahirkan perjanjian Hudaibiyah. Masjid Hudaibiyah menjadi tempat miqat favorit jemaah asal Indonesia.

Baca Juga: Pertama dalam 19 Tahun, Album ‘R’ Milik Rosé BLACKPINK Jadi Album ke-11 Solois K-Pop Wanita yang Paling Sukses

Namun sayangnya, masjid Hudaibiyah kini tidak terawat. Tembok masjid yang terbuat dari batu tersebut dipenuhi coretan-coretan tangan orang Indonesia saat berkunjung. Mereka yang berkunjung menuliskan nama-nama serta harapan yang diinginkan, seperti pada kepercayaan sebagian orang Indonesia.

Aksi corat-coret dilakukan di masjid Hudaibiyah dengan harapan nama keluarganya yang ditulis di batu masjid bisa terpanggil ke tanah suci Mekah.

Sejarah dibangunnya masjid Hudaibiyah menjadi catatan penting bagi umat Islam meski bangunan tak lagi berdiri utuh kehadiran masjid tersebut akan menyadarkan kita bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran Islam.

Wallahu a’lam bishawab.***

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Tags

Terkini

Terpopuler