LINGKAR MADIUN- Bagi Masyarakat Jawa istilah Dayang mungkin tidak asing lagi, apalagi jika dalam kelompok masyarakat tradisi kejawennya masih kuat. Untuk itu disini Lingkar Madiun akan berbagi penjelasan terkait Dayang ini.
Clifford Geertz dalam bukunya Agama-Agama Jawa menjelaskan, Danyang umumnya adalah nama lain dari demit(yang adalah kata dasar Jawa yang berarti“makhluk halus”).
Seperti demit,danyang tinggal menetap di suatu tempat yang disebut punden; seperti demit,mereka merespons permintaan tolong orang dan sebagai imbalannya, menerima janji akan slametan. Seperti demit, mereka tidak menyakiti orang, hanya bermaksud melindungi.
Namun, berbeda dengan demit,beberapa danyang dianggap sebagai arwah dari tokoh-tokoh sejarah yang sudah meninggal: pendiri desa tempat mereka tinggal, orang pertama yang membabat tanah. Setiap desa biasanya mempunyai seorang danyang utama.
Baca Juga: Ramalkan Masa Depan Kekeyi, Indigo Sebut Jodohnya Selebgram Tampan Asal Jawa Campuran Jerman?
Danyang desa, ketika mereka masih hidup sebagai manusia, datang ke desa selagi masih berupa hutan belantara,membersihkannya serta membagi-bagi tanah kepada para pengikutnya, keluarganya, teman-temannya dan ia sendiri menjadi kepala desanya (lurah) yang pertama.
Geertz menambahkan, Sesudah meninggal, ia biasanya dimakamkan di dekat pusat desa dan makamnya lalu menjadi punden. Ia sendiri terus memperhatikan kesejahteraan desanya (namun kadang-kadang makam khusus untuk danyang pendiri ini tidak ada).