Baca Juga: 10 Disdukcapil Ditegur Dirjen Mendagri Akibat Menambah Urusan Dokumen
Samanta juga mengatakan bahwa selain belum matangnya faktor kesiapan materi, pasangan yang memilih childfree juga bisa dikarenakan faktor mental yang belum siap.
Terlebih lagi, kondisi pandemi seperti saat ini semakin banyak mempengaruhi mental seseorang.
Baca Juga: PPKM Diperpanjang, Puan Maharani : Perhatian Bersama Soal Indikator Angka Kematian
"Jika keputusan untuk chilfree karena ada faktor kesehatan mental maka perlu memahami bahwa healing is possible, sehingga jika di kemudian hari setelah proses healing selesai ingin memiliki anak ini mungkin dilakukan," kata Samanta.
Ketika ditanya tentang dampak pilihan childfree yang dapat memicu kerenggangan hubungan suatu pasangan, Samanta mengatakan bahwa saat ini belum ada alasan perceraian di Indonesia yang melibatkan hal tersebut.
Meskipun begitu, Psikolog tersebut berujar bahwa keputusan childfree tidak menutup kemungkinan jika di kemudian hari akan menyebabkan hubungan suatu pasangan retak karena adanya perubahan keinginan.
Perubahan keinginan yang dimaksud misalnya suatu pasangan yang setelah menikah selama sepuluh tahun tiba-tiba ingin memiliki anak seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Kpopers di Seluruh Dunia Berbahagia, Joy Red Velvet dan Crush Resmi Berpacaran