Setiap peserta kemudian diminta untuk berjalan melintasi tikar yang dilengkapi dengan sensor untuk mengukur segala sesuatu tentang jalan mereka.
Hal ini termasuk kecepatan mereka, jarak antara setiap langkah, dan perbedaan antara berapa banyak waktu yang dihabiskan setiap kaki di tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok peserta yang telah didiagnosis dengan demensia berjalan secara berbeda dari mereka yang tidak menderita demensia.
Sehingga langkah yang lebih pendek dengan kecepatan yang lebih lambat dengan setiap kaki menghabiskan lebih banyak waktu di tanah.
Para peneliti menunjukkan bahwa temuan tersebut dapat terbukti membantu dalam menemukan penyakit pada fase paling awal.
Hal ini karena sebagian besar metode saat ini, seperti pemindaian otak dan tes memori, memerlukan gejala yang lebih terlihat untuk sudah ada.
McArdle mengutip penelitian lain yang telah menemukan perubahan gaya berjalan yang berhubungan dengan demensia kemungkinan menjadi salah satu tanda pertama dari demensia yang muncul dengan sendirinya.
Baca Juga: Usia 24 Tahun Anya Geraldine Masih Suka Ngedot? Kebiasaan Buruk Ini Bikin Greget Netizen
Baca Juga: Ternyata Bunga Chamomile Memiliki 6 Manfaat Bagi Kesehatan, Cocok Dikonsumsi Para Lansia
Pada akhirnya, para peneliti menyimpulkan bahwa temuan tersebut dapat memiliki implikasi yang signifikan untuk meningkatkan cara kita saat ini mengobati penyakit LBD dan Alzheimer.