Gawat! Perubahan Kurikulum Baru 2022 Akan Mempersulit Guru dan Murid? Benarkah? Simak Penjelasannya!

25 Januari 2022, 09:25 WIB
Ilustrasi belajar di sekolah. Kurikulum baru 2022 dikabarkan akan persulit guru dan murid, benarkah? /ANTARA Foto/Aji Styawan

 

LINGKAR MADIUN – Perubahan kurikulum baru 2022 digadang-gadang akan diumumkan pemerintah. Menyikapi hal ini banyak masyarakat merasa kebingungan.

Benarkah perubahan kurikulum baru 2022 ini malah menyulitkan pengajar dan murid?

Faktanya, pendidikan di Indonesia memang ketinggalan jauh dari negara-negara maju.

Sehingga pemerintah berupaya untuk membenahi sistem pendidikan seperti halnya melakukan perubahan kurikulum baru 2022.

Baca Juga: Anda Terdeteksi Stress jika Kotoran Kuping Berwarna Ini, Kenali 8 Jenis dan Warna Kotoran Kuping Berikut

Kurikulum baru ini dinamakan kurikulum prototype. Yakni sebuha lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi atau disebut juga kurikulum darurat.

Perubahan kurikulum ini direncakan akan diberlakukan secara terbatas serta bertahap melalui program Sekolah Penggerak.

Dilansir Lingkar Madiun dari Youtube Daftar Populer, kurikulum baru ini nantinya akan meng-cover semua tingkatan satuan pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA.

Baca Juga: Ampuh Usir Komedo Membandel! Gunakan 7 Bahan Alami Ini Dijamin Kulit Wajah Bersih Tanpa Komedo

Pertama mari bahas dari jenjang paling bawah yakni SD. Pada tingkatan satuan pendidikan SD akan terjadi perubahan paling radikal yakni pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan juga ilmu pengetahuan sosial.

Jika sebelumnya mata pelajaran ini adalah mata pelajaran berbeda. Maka pada kurikulum Prototype 2022, nanti pelajaran IPA apa IPS akan dileburkan menjadi satu yaitu IPAS.

IPAS merupakan sebutan untuk Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Rencananya perubahan ini diharapkan bisa menyederhanakan pembelajaran siswa Sekolah Dasar.

Baca Juga: Konsumsi Secara Rutin! Inilah 7 Manfaat Buah Jujube, Turunkan Risiko Penyakit Jantung hingga Menangkal Kanker

Hal ini dinilai ada keterkaitan antara keduanya yang dianggap cukup erat.  

Perubahan ini nantinya juga akan menimbulakn pertanyaan, mengenai bagaimana keduanya disajikan.

Lantas bagaiman pula dengan para pengajar  yang mungkin akan merasa kehilangan jam mengajar?

Jika soal itu, kita lihat saja bagaimana perubahan ini kedepannya.

Baca Juga: Jati Diri Presiden Jokowi Terbongkar, Praktisi Spiritual Sebut Sosok Majapahit Ini Mirip Sang Presiden?

Selain itu, dalam tingkatan jenjang Sekolah Dasar pelajaran bahasa Inggris nantinya akan menjadi mata pelajaran pilihan.

Jika dahulu mata pelajaran ini masuk dalam pelajaran wajib kini Bahasa Inggris bisa saja dikesampingkan. Misalnya jika memang tidak dibutuhkan bisa saja pelajaran ini dihilangkan.

Lantas bagaimana nasib para guru bahasa Inggris?

Berlanjut pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perubahan paling besar yakni pada informasi dan Teknologi(TIK).

Baca Juga: Melalui Forum G20, Indonesia Berkesempatan Mewujudkan Ekonomi Secara Cepat

Karena dianggap sudah banyak mengerti tentang teknologi, maka kedepannya pengajar mata pelajaran ini tidak harus sarjana.

Tentu hal ini cukup menyedihkan mengingat ratusan ribu lulusan sarjana masih belum bisa bekerja.

Sedangkan untuk Jenjang SMA perubahan paling yakni ketika dulu setiap siswa mengenal penjurusan berdasarkan minat seperti IPA IPS dan bahasa.

Pada kurikulum Prototype 2022 ini penjurusan tersebut akan dihilangkan berdasarkan keterangan dari bapak Anindito Aditomo selaku kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud.

Baca Juga: Waspada Virus Omicron Ditangani Serius, Ini Isi Surat Edaran Kemenkes

Sistem ini bertujuan agar siswa lebih leluasa memilih sesuai minat, yakni dapat memilih dua dari tiga mata pelajaran pilihan.

Artinya nanti bisa menjadi kombinasi seperti IPA dan IPS, atau IPA dan bahasa, atau bahkan IPS dan bahasa.

Selain beberapa perubahan di atas, perubahan lain yang dianggap cukup ekstrem adalah pada faktor kelulusan di jenjang SMA.

Jika dulu kelulusan ditentukan oleh Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Maka nantinya hal ini akan diganti dengan essay ilmiah.

Jadi setiap siswa diharuskan untuk membuat essay ilmiah serupa dengan skripsi untuk sarjana. Salah satu alasannya adalah agar para siswa lebih solutif dan inisiatif dalam belajar.***

Editor: Ninda Fatriani Santyra

Tags

Terkini

Terpopuler