Kakek RA Kartini adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV, salah seorang bupati yang memberi anak-anaknya pendidikan Barat.
Menikah karena perjodohan
RA Kartini menikah di usia 24 tahun dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat melalui proses perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Beruntung, suami dari RA Kartini mendukung cita-cita Kartini untuk mendirikan sebuah sekolah wanita yang berlokasi di sebelah timur pintu gerbang kantor Kabupaten Rembang.
Wafat saat masih muda
17 September 1904, RA Kartini meninggal di usia 25 tahun, hanya tiga hari setelah melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat.
Baca Juga: PROFIL Machmud Singgirei Rumagesan, Putra Papua Barat Penerima Gelar Pahlawan Nasional
Buku Kumpulan Surat ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’
J.H. Abendanon, salah satu sahabat RA Kartini, membukukan kumpulan surat-surat yang dituliskan RA Kartini kepada para sahabatnya yang tinggal di Eropa. Buku yang diberi judul dalam Bahasa Belanda Door Duisternis tot Licht ini diterbitkan pada tahun 1911. Secara harfiah, judul tersebut diartikan sebagai ‘Dari Kegelapan Menuju Cahaya’.
Diabadikan sebagai nama jalan di Belanda
Nama RA Kartini pun diabadikan sebagai nama jalan di empat lokasi di Belanda, antara lain R.A. Kartinistraat di Utrecht, Kartini di Haarlem, R.A. Kartinistraat di Venio, dan R.A. Kartinistraat di Amsterdam.