LINGKAR MADIUN - Setelah Wajahnya bertebaran di baliho-baliho dengan tajuk Kepak Sayap Kebhinekaan, nama Puan Maharani kita menjadi santer di telinga masyarakat.
Puan Maharani yang digadang-gadang menjadi calon presiden dari PDIP, harus menghadapi kenyataan kalau elektabilitasnya kalah dengan Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo kini menempati posisi teratas elektabilitas calon presiden RI 2024 dari berbagai lembaga survey, jauh lebih tinggi daripada Puan Maharani.
Baca Juga: PPKM Jawa-Bali Diperpanjang Hingga 23 Agustus, Waktu Makan di Tempat Umum Maksimal 30 Menit
Nama Ganjar Pranowo memang muncul ke permukaan semenjak menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Ganjar Pranowo memang dikenal dekat dengan masyrakat, mudah bertemu masyrakat dan tidak merasa eksklusif.
Selain itu, banyak pakar menyebut Ganjar Pranowo memiliki kemampuan humor dan kemampuan public speaking yang baik pada masyarakat.
Hal itulah yang membuat nama Ganjar Pranowo menjadi sangat mudah untuk dikenal masyarakat.
Sedangkan disisi lain, nama Puan Maharani sebenarnya bukan nama yang asing bagi masyarakat. Terutama masyarakat yang bersimpati pada PDIP.
Putri dari Megawati Soekarnoputri dan juga cucu dari Ir. Soekarno ini memang sudah dikenal lama malang-melintang di dunia politik.
Kini, baliho Puan Maharani tersebar dimana-mana. Banyak sekali baliho yang menyebar dan itu membuat masyarakat bertanya-tanya akan maksudnya.
Analis menduga kalau Puan Maharani memang menyiapkan diri untuk persiapan Calon Presiden di tahun 2024.
Kampanye menggunakan baliho seperti itu dianggap tidak lagi efektif menurut banyak analis karena tidak terlihat aksi nyata dari Puan Maharani.
Baca Juga: Simak Lokasi Vaksinasi Covid-19 Gratis di Kota Madiun pada Agustus 2021
Menjadi pembeda antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo adalah kedekatannya dengan masyarakat.
Puan Maharani memilih menggunakan cara pasif untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, yakni menggunakan baliho-baliho tersebut.
Sedangkan Ganjar Pranowo, terlihat sering mendekatkan diri pada masyarakat. Pergi ke pasar, ke rumah sakit, serta pergi ke beberapa tempat-tempat lainnya.
Baca Juga: Profil Ibu Fatmawati dan Kisah Menjahit Bendera Merah Putih Berkibar pada 17 Agustus 1945
Ganjar Pranowo dianggap sebagai representasi PDIP, dimana pejabat dekat dengan rakyat. Mendengarkan rakyat. Sama halnya seperti yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo waktu itu.
Sedangkan Puan Maharani, menurut banyak pihak terlalu ekslusif dan jarang sekali terlihat dekat kepada masyarakat. Puan Maharani berada di menara gading lingkungan elit politik.
Dengan itu, pakar melihat kalau Puan Maharani akan sulit membangun elektabilitasnya, meskipun dengan ribuan baliho yang dipasang.
Karena sifat baliho dalam kampanye itu besifat pasif, tidak memberikan manfaat dan simpati dari masyarakat secara umum.
Jadi, masyarakat akan lebih bersimpati kepada gaya kampanye Ganjar Pranowo yang langsung turun kebawah dan menemui masyarakat.
Elektabilitas Puan Maharani menurut pakar politik akan berubah, jika Puan Maharani merubah gaya kampanyenya dan secara aktif mendekatkan diri pada masyarakat.***