Dinilai Sudah Tepat, Kenaikkan Harga Pertamax Kurangi Beban Pertamina

- 1 April 2022, 20:27 WIB
Dinilai Sudah Tepat, Kenaikkan Harga Pertamax Kurangi Beban Pertamina
Dinilai Sudah Tepat, Kenaikkan Harga Pertamax Kurangi Beban Pertamina /

 

LINGKAR MADIUN– Sejumlah Pengamat mengungkapkan terkait kenaikkan harga BBM nonsubsidi pada jenis Pertamax yang mulai diberlakukan 1 April 2022, dinilai sudah tepat.

Semula harga Pertamax Rp9.000 per liter, kini sudah naik harga menjadi Rp12.500 per liter, bahkan di sejumlah daerah Indonesia kenaikkan harga Pertamax bisa mencapai Rp13.000 per liter.

Meskipun kebijakan tersebut mendapat penolakan dari berbagai pihak, Fahmy Radhi salah satu pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menilai bahwa keputusan menaikkan harga Pertamax sudah tepat.

Baca Juga: Kabar gembira! Presiden Akan Berikan BLT Minyak Goreng, Simak Begini Syaratnya

Ia juga mengatakan bahwa apabila keputusan menaikkan harga Pertamax tidak diambil, maka bisa dipastikan Pertamina akan menanggung beban yang lebih berat lagi.

“Harga Pertamax harus dinaikkan mengingat harga minyak dunia sudah mencapai 130 dolar AS per barel. Jika tidak dinaikkan beban Pertamina semakin berat, penaikkan harga Pertamax pada 1 April sudah tepat," ucapnya pada Jumat, 1 April 2022 seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Maha Dahsyat Keutamaan Baca Surat Ini, Kuat Menghadapi Cobaan dan Lebih Bertawakal kepada Allah

Fahmi juga menyampaikan bahwa penetapan harga Pertamax seharusnya ditentukan oleh mekanisme pasar. Karena itulah, ia menilai harga yang ideal adalah yang sesuai dengan harga keekonomian.

Harga keekonomian atau batas atas harga Pertamax akan lebih besar dari Rp14.536 per liter, bahkan bisa mencapai Rp16.000 per liter.
Harga ini berdasarkan kalkulasi yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Juga: Jendela Transfer: Raksasa Serie A Ingin Boyong Gareth Bale Dari Real Madrid Cuma-cuma Musim Depan

Ia juga menjelaskan harga minyak mentah pada Maret 2022 mengalami kenaikkan harga yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, maka itulah kenaikkan pun juga terjadi pada harga keekonomian Pertamax.

Fahmy juga menerangkan bahwa pemerintah meilai geopolitik yang berkembang mengakibatkan harga minyak dunia mengalami kenaikan yang tinggi hingga di atas 100 dolar per barel.

Baca Juga: Rumah Kiai Mursyid di Madiun, Punya Tempat Ibadah 5 Agama, Cocok untuk Wisata Religi saat Puasa

Situasi inilah yang dianggap menjadi pendorong harga minyak mentah Indonesia atau ICP (Indonesia Cride Price) per barel mencapai 114,55 dolar AS pada per 24 Maret 2022.

Berdasar angka itulah, lonjakan terhitung lebih dari 56 persen daripada periode Desember 2021 yang hanya sebesar 73,36 dolar AS per barelnya.

Fahmy juga menilai bahwa kenaikkan harga Pertamax memang memicu terjadinya inflasi, akan tetapi kontribusinya masih terhitung kecil karena proporsi konsumen hanya berkisar 14 persen.

Baca Juga: Kabar gembira! Presiden Akan Berikan BLT Minyak Goreng, Simak Begini Syaratnya

Kemudian, lebih lanjut Fahmy juga meminta supaya Pertamina tidak menaikkan harga Pertalite, karena BBM bersubsidi ini memiliki proporsi konsumen paling banyak, sekitar 83 persen.

Sehingga, Fahmy menilai bahwa apabila harga Pertalite juga ikut dinaikkan maka akan memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.**

Editor: Dwiyan Setya Nugraha


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah