Namun, spekulasi yang beredar ini hanyalah mitos belaka. Ahli klimatologi UGM telah mengkonfirmasi bahwa fenomena ini bukan pertanda bencana, melainkan hanyalah terdapat lingkaran yang mengelilingi matahari adalah sinar matahari yang dibelokkan oleh partikel uap di atmosfer. Partikel uap yang berwujud air tersebut memiliki kemampuan untuk membelokkan atau membiaskan sinar matahari.
Baca Juga: Dianggap Menyimpang! Ketua DPD Kabupaten Lutra Laporkan KPU Lutra ke Bawaslu
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Andi Pangerang menyebut, fenomena Halo Matahari ternyata tidak hanya terjadi ketika siang hari namun juga malam hari.
Fenomena Halo Matahari pada siang hari tidak akan bertahan lama atau hanya berkisar belasan menit, hal tersebut terjadi karena tekanan atmosfer yang lebih rendah di sekelilingnya sehingga suhu menjadi lebih panas.
Sedangkan Halo Matahari yang terjadi pada malam hari dapat terjadi cukup lama, yakni hingga mencapai 3 jam hal tersebut terjadi karena tekanan atmosfer yang lebih tinggi sehingga suhu menjadi lebih dingin.***